Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Surat Terbuka untuk Presiden: SBY Payah?

27 Januari 2014   19:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Contohnya, saat ini adalah saat dimana bencana hampir merata terjadi di Indonesia. Bapak tidtidak harus ikut mengevakuasi atau menyediakan makanan untuk mereka yang menjmenjadi korban atau terdampak. Mereka hanya butuh kehadiran bapak untuk menunjukkan pada dunia bahwa mereka punya pemimpin. Saya berterimakasih pada kunjungan bapak ke Tanah Karo yang terlambat itu. Meski terlambat, selalu lebih baik daripada tidak benar benar terlambat.

Kehadiran bapak tidak harus datang secara fisik mengingat luasnya daerah bencana di negara kita ini. Seperti Manado, Pati, Sumsel termasuk Jabodetabek-Karawang. Kehadiran bapak lebih dibutuhkan dalam bentuk kebijakan tentang nasib para korban pasca bencana. Mereka yang kehilangan segala harta benda, penghasilan, pekerjaan sangat butuh kebijakan yang bisa ditanggulangi sendirian oleh kepala daerah setempat.


Saya yakin bapak tidak sanggup menghentikan penebangan hutan secara liar maupun resmi atas nama pembangunan. Tetapi saya masih sedikit optimis bahwa bapak punya kewenangan yang lebih, untuk mencegah bahkan "mengintervensi" nasib korban bencana dari ancaman kebangkrutan dan kemiskinan akut. Bahkan jika itu harus memangkas dan menerabas birokrasi yang panjang dan berliku, bapak tidak perlu khawatir, karena rakyat yang memilih bapak.


Anggaplah bapak seperti presiden Chile yang memimpin langsung evakuasi petambang yang terjebak itu. Kalau kalau dilapangan butuh "extraordinary emergency decision". Atau kalau bapak ingin blusukan langsung menemui para korban dan memantau perbaikan yang dilakukan para kepala daerah, tidak usah canggung apalagi takut. Soalnya bapak sedang mengunjungi rakyat sehingga tidak perlu pasukan pengaman yang demikian berlebihan. Yang justru menjauhkan bapak dari rakyat jelata, yang rindu pada presidennya.


Saya yakin, apabila seorang pemimpin dengan tulus mendekati rakyatnya untuk sekedar bersalaman dan merasakan penderitaan mereka, bahkan penjahat paling sadis sekalipun tidak akan sanggup mengarahkan senjatanya. Seperti ribuan tentara dan polisi yang mengepung Aung San Suu Kyi didepan rakyat Burma juga tidak sanggup menarik pelatuk senjata mereka. Padahal perintah "bidik" dan "tembak" sudah diumumkan dan diteriakkan para komandan mereka.


Saya tidak berharap bapak mengalami saat yang membahayakan, tapi bahaya yang dihadapi rakyat pasca terkena bencana juga mengerikan. Dan disitulah kami butuh pemimpin, kehadiran seorang presiden baik secara fisik ataupun diwakili kebijakannya. Fokus pada hal ini akan menghilangkan jejak dan ingatan yang tidak bersahabat terkait sepak terjang bapak selama ini. Terutama dikalangan aktivis, nasionalis atau kritikus kebijakan publik lainnya.


Bapak presiden,

Demikianlah surat terbuka ini saya tuliskan dengan panjang lebar, tanpa menawarkan solusi yang memadai. Karena saya yakin para staf ahli yang digaji negara itu akan memberikan solusi yang lebih baik daripada saya. Apalagi yang saya minta hanya fokus pada sebagian kecil masalah bangsa. Jangan sampai terulang masalah korban bencana Mentawai yang hingga kini banyak yang masih terbengkalai dan belum terurus.


Bapak presiden,

Semua ini saya tuliskan demi rasa hormat saya. Karena bagaimanapun nama bapak akan tercatat dalam buku buku sejarah. Dan sebagai presiden yang dipilih langsung oleh rakyat, akan lebih baik jika bapak memaklumi semua permintaan langsung dari rakyat. Jangan jadi presiden yang payah'.

Tolong sampaikan kepada ibu Ani, agar menyadari resiko dipilih oleh rakyat maka jangan heran kalau ada apa apa rakyat sering langsung ingin mengadu ke presiden. Jangan katakan "kepala daerahnya mana?, ibu Jokowi mana? ibu Ahok mana?". Mereka merasa memiliki presiden dan karena merasa memiliki, maka mereka merasa ada tempat mengadu.


Atas segala perhatian dan ( semoga tidak disomasi ) pengertian bapak, saya haturkan Terima Kasih.

Salam Indonesia .... Raya!!!


=Sachsâ„¢=

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun