Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anas di Atas Kertas

9 Januari 2014   09:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu waktu yang tidak sedikit bagi Susilo Bambang Yudhoyono untuk melengserkan Anas Urbaningrum dari ketua umum Partai Demokrat. Hingga awal Februari 2013, SBY masih bergeming dari desakan yang begitu membahana dari kader anti-Anas di partai berlambang mercy itu. Tetapi sekilas terlihat bagaimanapun SBY tidak bisa tenang meski tetap mencoba bersikap elegan dan menghindar dari kemungkinan kritik dari pro-Anas.


Tidak kuat pada desakan yang semakin menguat, SBY kemudian mendorong kejelasan perkara hukum dugaan korupsi proyek Hambalang yang dituduhkan kepada Anas di Komisi Pemberantasan Korupsi. Jika terjerat masalah hukum, maka ada celah bagi terbukanya jalan untuk meminta Anas mengundurkan diri dari jabatannya di Demokrat


Posisi Anas semakin terjepit oleh sikap keras para elit Demokrat seperti Jero Wacik ketika menyikapi hasil survei yang menunjukkan elektabilitas Partai Demokrat tinggal 8,3 persen pada waktu itu (awal 2013). Saat itu, Jero mengatakan, untuk menyelamatkan Demokrat akan lebih baik jika Anas mundur dari jabatannya. Diyakini sikap mereka tidak akan demikian terbuka dan tidak akan berani bersikap begitu keras tanpa izin dari SBY.


Sangat mungkin bahwa sesungguhnya SBY tahu atau bahkan merestui apa yang dilakukan Jero dan kawan-kawannya. Tak mudah bagi aktor di luar SBY untuk membuat manuver di luar kehendak SBY. Dengan demikian dapat dilihat bahwa hingga kini sudah terjadi "perang" terbuka antar elit Demokrat. Perang itu kemudian mengerucut pada dua pucuk pimpinan kekuasaan, yakni SBY dan Anas.


Perlu nyali besar bagi seorang Anas untuk melawan seorang pendiri partai yang mengantarkannya sebagai penguasa negara dua periode. Tetapi perlu dilihat lebih jauh bahwa ada kemungkinan bahwa Anas juga memegang kartu truf Demokrat atau bahkan SBY sendiri?


Seperti kita mahfum, bahwa Anas sendiri memiliki gaya politik mirip sekali dengan SBY, yakni lebih mengutamakan politik harmoni. Sehingga kedua belah pihak yang sedang bergumul akan memakai gaya yang hampir serupa, yakni cool, calm and confidence. Akan sulit melihat siapa yang akan menjadi pemenang, meskipun mudah menebak bahwa hanya mereka yang mampu menjaga energi yang akan bertahan. Walaupun karenanya terlihat pertarungan jauh lebih berat, bahkan membosankan.


Masih membosankan


Awal 2014 ini pertarungan SBY dan Anas sudah berganti arena dengan ditetapkannya Anas sebagai tersangka lalu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tidak kunjung memasukkannya ke bui. Tidak seperti Gubernur Bantern non aktif, Ratu Atut, yang langsung ditahan, Anas demikian resisten pada setiap jurus KPK. Peralihan arena pertarungan antara SBY dan Anas menjadi Anas versus KPK dengan bayang bayang Cikeas and the gank sebagai bumbunya tidak menjadikan pertarungan terlihat lebih menarik. Masih membosankan.


KPK seolah sedang menunggu sesuatu untuk menyematkan belenggu dikedua pergelangan Anas. Sesuatu yang bukan sekedar penolakan Anas memenuhi panggilan menghadap ke gedung KPK. Sesuatu yang tersembunyi dari kata "dan lain lain".


Anas yang 'cool and confidence' itu justru bersembunyi dibalik kata kata di atas kertas "dan lain lain". Apakah maksud dan lain lain dalam kertas sakti KPK itu?


Pertarungan SBY vs Anas karena PD yang terjerembab hasil survei mungkin terlupakan. Hasil survei yang sebenarnya berawal dari bendaharanya, M. Nazaruddin dengan wisma atletnya. Lalu terbukalah Proyek Hambalang, proyek pusat pengembangan olahraga yang konon akan menjadi yang termegah di Asia Tenggara itu. Olahraga, Demokrat dan SBY serta Anas. Apakah KPK dibentuk hanya untuk mengurusi kejahatan disekitar orang orang presiden itu? Bukan.


Dan lain lain itu mungkin kata yang mengingatkan pada Anas bahwa ia telah berjanji soal gantungan Monas.

Dan lain lain itu mungkin kata yang menggambarkan uang yang mengalir di sebuah pemilihan ketua umum.

Dan lain lain itu mungkin kata yang tidak berarti sama sekali. Hanya formalitas bahwa Anas perlu diingatkan tentang statusnya, bahwa KPK rindu kehadiran Anas, bahwa cinta lama bersemi kembali [CLBK]...


Dan lain lain telah menjadi kata kata yang menarik kembali pertarungan SBY dengan Anas ke arena media dan opini. Sementara KPK entah kenapa masih seolah menunggu sesuatu. Sesuatu yang lain lain. Yang tertulis di atas kertas dan dijadikan alasan mangkir oleh pihak Anas dan para pembelanya.


Anehnya, pihak Anas berlindung dibalik kata "dan lain lain" di atas kertas, lalu kenapa mereka juga menggunakan kata Azas Keadilan dan berkeadilan? Inilah yang membuat ketidakhadiran Anas kemarin menjadi AMBIGU!!!


Melengserkan Anas dari Demokrat...

Menetapkan Anas menjadi tersangka...

Menahan Anas ke bui KPK...

Semuanya butuh waktu yang sangat lama...

Bagimana dengan proses pengadilannya kelak...?


Pertarungan masih akan sangat panjang...? Halahhh...#tarik nafas puanjaaaang...lah.


Ambiguitas pada pertarungan yang membosankan.


=Sachsâ„¢=

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun