Rusia sebagai pewaris terbesar dari "kekaisaran" Uni Sovyet bukanlah negara yang perlu ditakuti saat ini. Bagi politik luar negeri, Rusia hanya dianggap sebagai penentu keabsahan sebuah Resolusi Internasional. Walaupun terkadang, Rusia ditinggalkan jauh "dibelakang".
Tentu kita harus memuji "kemenangan" dunia Barat atas Perang Dingin pasca keruntuhan Uni Sovyet.
Kemenangan Ideologi Demokrasi terhadap Komunisme telah membawa dunia hanya terlihat berjalan satu arah tanpa perimbangan yang berarti. Kalupun ada ketidakpuasan pada Barat, biasanya hanya dari negara kecil yang tidak berpengaruh dan terlihat sporadis.
Berkali-kali Rusia dihadapkan pada lanjutan perang melawan Barat, namun berkali-kali pula Rusia hanya diam dan sesekali berucap sebagai angin lalu.
Masa Lalu.
Kebengisan Uni Sovet dengan Komunisme-nya telah menjadi lahan "sakit hati" bagi beberapa negara pecahannya termasuk sekutunya. Tidak mudah untuk mempercayai negara Eropa Timur dan Asia Barat (Bekas Uni Sovyet), terutama mereka yang tidak mengambil jalan Demokrasi.
Pembantaian dan dosa masa lalu sepertinya telah menjadikan Rusia kini sulit untuk bergerak dalam percaturan politik dunia.
Masa lalu yang kelam ketika Sovyet hampir menutupi bumi dengan dominasi ideologi Komunis yang tidak bersahabat, telah menjadikan Rusia tidak bisa menolong bekas sekutunya di jaman informasi kini.
Harus diakui, kehebatan Barat dalam propaganda telah menimbulkan kehati-hatian yang teramat sangat sebagian besar negara pada hubungan diplomatiknya dengan negeri Beruang Merah.
Rusia turun tangan = Perang
Kehebatan dunia Barat lainnya adalah provokasi tiada henti pada Rusia. Mereka seperti raksasa yang berulangkali di"cubit" tapi tetap hanya sekedar mencubit, tidak untuk membangunkannya.
Afghanistan, dibuat babak belur oleh Amerika dengan NATO-nya, Rusia diam.
Irak, Sahabat dekat Rusia sudah seperti tanah tak bertuan, tak mambangunkan Rusia untuk membela.
Suriah, sekutu paling dekat Rusia di timur tengah, dengan hebatnya dibuat kacau oleh Barat. Rusia tidak tertarik. Termasuk penempatan Rudal Patriot di Turki sebanyak 6 unit Baterai tidak juga membuat berang Rusia.
Padahal, patut ditanggapi serius bahwa Suriah adalah pintu pengujian Baterai antirudal, seperti kesuksesan pengujian Iron Dome di Israel melawan Hamas. Rudal Patriot akan coba dihadapkan dengan rudal Suriah yang hampir pasti disuplai/berasal dari Rusia.
Mungkin jika Kuba, Irak atau Korea Utara di intervensi oleh Amerika secara terang-terangan, Rusia akan tetap duduk manis di utara sana.
Bisa dibayangkan, jika Rusia turun tangan, maka perang dunia akan menjadi sejarah yang tertulis ulang.
Tapi Rusia seperti pendekar tua yang lebih memilih melakukan Tapa Brata di gunung alih alih memikirkan negara lain. Rusia benar-benar dingin.
Disatu sisi, provokasi Amerika yang seolah mengajak perang atau adu senjata pada Rusia tidak berhasil, namun propaganda Amerika akan bahaya komusisme Rusia selama dan sesudah Perang Dingin sepertinya sukses luar biasa. Karena masa lalu telah menyandera Rusia, seperti dosa Nazi yang membelenggu Jerman kini.
Satu-satunya yang bisa menyatukan Amerika/Eropa, Jerman dan Rusia adalah Israel. Negeri Yahudi itu sukses membuat ketiga kekuatan barat itu seperti selalu merasa berhutang dan berdosa pada mereka.
Kita mungkin tidak akan mengalami perang dunia (dan berharap tidak akan terjadi) selama Rusia damai di negerinya sana. Namun, kita sudah dan mungkin akan selalu melihat intervensi Amerika dan Eropa dalam pergantian kekuasaan di beberapa negara yang tidak sejalan dengan mereka.
Dengan demikian, siapakah yang akan menghentikan mereka? Sebab Rusia hanya seperti raksasa Ngorok, dimana ia tampak tidur tapi tetap seperti terbangun.
=SachsTM=
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H