Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menuju Keruntuhan Imperium Amerika

18 November 2012   20:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:06 2599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Seperti bumi yang berputar, berbagai kerajaan besar atau yang kita kenal sebagai kekaisaran atau imperium runtuh tanpa mampu kita bisa ramalkan dengan mudah. Tapi kita bisa memprediksi dan dalam retropeksi serta pengamatan yang tidak perlu dilakukan dengan objektif.

Semua ada syaratnya, tapi semua pula ada faktor pemicu yang sebenarnya berkaitan satu sama lain.

Yang paling kuno dalam peta sejarah karena terabadikan dalam tulisan yang tak tertandingi adalah Yunani, kemudian Romawi hingga Inggris dan Soviet di jaman modern ini. Mungkin ada Mongolia, Indian Maya/Inca tapi semuanya tetap ada pada kekaisaran yang runtuh dan punya giliran untuk muncul dan tenggelam atau mungkin menyisakan pewaris kecil dalam bentuk negara atau kerajaan tapi mereka akan tetap berlalu. Karena sejarah membuktikan tidak ada 'kekaisaran' yang bangkit hingga dua kali untuk mengembalikan dominasi dan hegemoninya.

Amerika,
Sebuah kenyataan yang tidak bisa ditutupi bahwa negara itu menjadi kekaisaran tunggal manakala pesaingnya Soviet hanya menyisakan Rusia dan ideologi Komunis di negara yang bisa dihitung dengan jari.
Kemunduran dominasi Amerika sudah dimulai sejak 2007. Anda boleh sepakat atau tidak, tapi tahun terakhir George Walker Bush adalah saat dimana Amerika ditakuti tapi tidak dihormati. Dimasa Obama sampai detik ini, mungkin Amerika masih diandalkan sekutu Baratnya termasuk Israel tapi Amerika sudah semakin tidak ditakuti dan harus berjuang untuk dihormati.

Sebabnya,
- Standar ganda mereka soal Israel dan HAM.
- Munculnya kekuatan baru, Republik Rakyat China (RRC).
- Resesi Eropa dan Dalam negeri.

Yunani, Romawi, Inggris dan Uni Sovyet ternyata bukan pelajaran penting bagi Amerika. Keempat penguasa dunia itu pada jamannya adalah yang terkuat dari beberapa segi seperti pengaruh politik, koloni, persenjataan dan militer laut yang berujung pada kekuasaan jalur ekonomi.
Satu hal yang pasti, keempatnya adalah perlindungan dan berhubungan dengan Yahudi.

Yunani dan Romawi, mundur karena antara lain harus menanggung beban biaya militer yang teramat sangat besar.

Dan Amerika mulai merasakannya.
Defisit anggaran mereka sebesar biaya operasional militer.
Tekanan ekonomi yang tak kunjung meraih angka optimis.
Perimbangan kekuatan militer dan teknologi yang mulai merata.

Isu HAM adalah senjata paling efektif Amerika dalam menenggelamkan beberapa kepemimpinan lokal negara-negara yang dianggap penting sekaligus ancaman. Setelah sukses dengan isu Komunisme yang menghancurkan Yugoslavia, Uni Soviet dan menghambat Indonesia yang mencoba mengambil alih seluruh Kalimantan (era Ganyang Malaysia/Soekarno - pen).
Isu HAM, menjadikan Amerika dicibir dan tidak dihormati karena menutup mata dengan kelakuan Israel.

Israel, diluar konteks HAM, adalah yang membuat Amerika meraih mimpinya. American Dream. Teknologi, strategi, ekonomi dan filosofi spiritualisme yang liberal adalah karena pengaruh Yahudi. Hampir sulit mengatakan apa jadinya Amerika tanpa Israel.

Tetapi, "kelemahanya ada pada kekuatannya"

Israel adalah laboratorum sekaligus pembuktian Amerika akan produk senjata dan HAM. Dengan perang tak berkesudahan di Timur Tengah yang melibatkan Israel, Amerika mencoba memukau dunia dengan persenjataan mutakhir mereka. Tetapi, dunia pun sudah mencoba menguasainya tanpa harus melibatkan Amerika.
Pelanggaran HAM oleh Israel, adalah contoh bagi Amerika bahwa negara lain tidak boleh melakukannya.

Munculnya China, dengan ekonomi dan militernya yang menggetarkan Amerika semakin membuat kita yakin akan percepatan keruntuhan imperium Amerika. Ekonomi yang selalu dijadikan senjata oleh Amerika untuk menghukum negara yang tidak tunduk, ternyata menghantam mereka sendiri beserta sekutunya.

Jadi, Israel, HAM dan Ekonomi adalah yang menyiksa Amerika sendiri, untuk kemudian meruntuhkan Imperium mereka. Amerika sedang memenuhi syarat keruntuhan sebuah kekaisaran.

Entah kebetulan atau tidak, takdir atau bukan, kebangkitan negeri Tiongkok selalu bersamaan dengan kebangkitan pada kerabat lamanya.
Kita mengenal Tiongkok, India dan Nusantara (semasa Sriwijaya dan Majapahit), Sekarang kita menyaksikan kembali India dan China bersaing soal pertumbuhan ekonomi dan militer. Sementara Indonesia memang ikut menyumbang pertumbuhan ekonomi dunia, tapi untuk militer, sayangnya kita terlalu takut untuk menepis Amerika.

China, India dan Nusantara/Indonesia adalah kerabat lama dalam hal perdagangan jauh sebelum Amerika 'ditemukan'.
Jika Amerika akan segera berlalu, mampukah kita mengambil peran lebih banyak dan signifikan untuk kelak menyeimbangkan kekuatan dunia yang akan dikuasai China?
India dan China dalam sejarah dunia sebenarnya berhasil dan besar hanya jika ada Nusantara diantara mereka.

Pertanyaanya, mampukah Indonesia sebagai "pewaris" terbesar Nusantara berada sejajar dengan kedua raksasa itu? Ataukah pecahan Nusantara lain (Singapura/Malayisa/Thailand) yang akan mengimbangi mereka?

Tidak ada salahnya mewujudkan Kekaisaran Indonesia, selain Keadilan sosial, Kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi bagian dari "Indonesian Dream"

=SachsTM=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun