Milanisti Indonesia mungkin sedang sumringah dengan aroma Indonesia yang mungkin akan segera hadir di Ibukota mode dunia, Milan. Tapi sebagian Milanisti Indonesia juga pasti masih punya sikap kritis yang mungkin tidak menyukai rencana itu. Rencana Pertamina mensponsori Klub AC Milan.
Beberapa alasan yang dikemukakan petinggi Pertamina sukses membuat kita tertawa.
Misalnya:
"...besarnya fan base atau barisan pendukung AC Milan di Indonesia menjadi alasan utama Pertamina. Dengan menggandeng AC Milan, Pertamina juga berharap kecintaan masyarakat penggila bola di Tanah Air pada produk Pertamina dapat meningkat". VP Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir (merdeka.com)
Pertanyaanya, apakah media atau klub sepakbola lokal kekurangan "space" untuk menampung logo / iklan / sponsorship dari Pertamina?
Memang, popularitas klub lokal tidak ada apa-apanya dibanding raksasa Italia itu, tapi ...
Untuk apa mensponsori klub asing jika target yang di bidik justru pasar lokal? Pertamina sudah cukup membanggakan dengan menjadi pemimpin pasar dalam negeri.
Garuda Indonesia mensponsori Liverpool FC, namun taret mereka adalah pasar luar negeri. Dan kita bisa melihat beberapa blogger asing begitu terkesan dan puas dengan Garuda Indonesia setelah melihat iklan di Lapangan Anfield dan mencoba terbang dengan maskapai itu kemudian menuliskannya di blog mereka.
Mindset
Mungkin Pertamina memang merasa beruntung atau bangga jika mampu menyematkan logo atau nama mereka di San Siro, kandang AC Milan baik melauli jersey ataupun LED. Seperti sebagian kita yang bangga belanja di Mall besar.
Padahal sebenarnya mindset/pola pikir kita mungkin perlu digeser sedikit.
Sebenarnya bukan Pertamina yang beruntung mensponsori Milan, melainkan AC Milan-lah yang beruntung, karena mendapat sponsor. Soal produk Pertamina yang akan menjadi semakin dikenal, itu adalah konsekuensi "nongol" di tengah klub besar, tapi mengenai penjualan akan meningkat, itu bukan jaminan pasti dari klub tersebut. Seperti sesungguhnya, Mall itulah yang beruntung, karena mampu menggaet pengunjung, soal kualitas barang? itu bukan bagian dari kebanggaan Mall...
Tapi, di luar pola pikir itu, sepertinya kita perlu mempertanyakan kebijakan Pertamina ini.
1. Bukankah mereka pernah sekuat tenaga berusaha membujuk pemerintah dan DPR untuk menaikkan harga BBM karena takut rugi? Lalu, keuntungan Pertamina yang didapat dari penjualan dalam negeri digunakan begitu saja untuk mensponsori klub asing, alih alih memajukan sepakbola dalam negeri?
Untuk apa bayar Pertamax mahal-mahal jika itu untuk membiayai klub asing?
2. Bukankah produksi minyak Pertamina selalu merosot setiap tahun hingga kita keluar dari OPEC? apakah ini bagian dari persiapan BUMN tersebut untuk beralih menjadi hanya "tukang OLI" daripada Pengebor kebanggaan Indonesia seperti dulu?
Bagaimanapun kebijakan tetap ada di direksi Pertamina,
Meskipun perusahaan tersebut menaikkan harga BBM (nantinya) dan OLI untuk rakyat Indonesia karena takut rugi, tapi ketika untung malah membiayai hajat klub asing, kita tetap harus mendukung.
Ambil positifnya,
Setidaknya, ada nama perusahaan asal Indonesia yang "hilir mudik" di negeri orang. Kacang Dua Kelinci sudah mejadi pelopor, Garuda mengikuti, Pertamina kemudian dan... Sepakbola Indonesia sungguh kasihan.
Benvenuto a San Siro, Pertamina.!!
=SachsTM=
