Tapi, di luar pola pikir itu, sepertinya kita perlu mempertanyakan kebijakan Pertamina ini.
1. Bukankah mereka pernah sekuat tenaga berusaha membujuk pemerintah dan DPR untuk menaikkan harga BBM karena takut rugi? Lalu, keuntungan Pertamina yang didapat dari penjualan dalam negeri digunakan begitu saja untuk mensponsori klub asing, alih alih memajukan sepakbola dalam negeri?
Untuk apa bayar Pertamax mahal-mahal jika itu untuk membiayai klub asing?
2. Bukankah produksi minyak Pertamina selalu merosot setiap tahun hingga kita keluar dari OPEC? apakah ini bagian dari persiapan BUMN tersebut untuk beralih menjadi hanya "tukang OLI" daripada Pengebor kebanggaan Indonesia seperti dulu?
Bagaimanapun kebijakan tetap ada di direksi Pertamina,
Meskipun perusahaan tersebut menaikkan harga BBM (nantinya) dan OLI untuk rakyat Indonesia karena takut rugi, tapi ketika untung malah membiayai hajat klub asing, kita tetap harus mendukung.
Ambil positifnya,
Setidaknya, ada nama perusahaan asal Indonesia yang "hilir mudik" di negeri orang. Kacang Dua Kelinci sudah mejadi pelopor, Garuda mengikuti, Pertamina kemudian dan... Sepakbola Indonesia sungguh kasihan.
Benvenuto a San Siro, Pertamina.!!
=SachsTM=
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H