Di satu sisi, isi pidato ini dapat diartinkan sebagai pembelaan SBY atas keberadaan BP Migas warisan presiden Megawati itu, mengingat secara fair menjelaskan dasar lahirnya badan itu.
Namun, sebagai politisi penuh pencitraan, yang pernah "menenggelamkan" Megawati dengan kepura-puraannya selama dalam kabinet Mega dan masih belum akur hingga kini, SBY menunjukkan sifat aslinya.
Kita bisa melihat jelas karena secara langsung atau tidak, ia melempar tanggung jawab seolah ingin mengatakan bahwa BP Migas bukan produk pemerintahannya. Melainkan Megawati.
Keputusan MK, yang sepertinya membuat malu pemerintahan kini, adalah menganulir kebijakan lama, bukan kebijakan SBY.
Megawati adalah yang salah dalam keberadaan BP Migas ini, bukan SBY.
Kira-kira, begitulah makna ganda yang tersirat dalam pidato SBY tadi. Anda bisa melihat kembali rekamannya dan menganalisa sendiri jika sudah tersedia di situs media lokal.
SBY memang dikenal dikalangan pembantunya dan wartawan Istana yang masih netral sebagai "pemberi perintah secara tersirat tanpa harus tersurat melalui pidato atau konpers-nya"
Yang jadi dasar pertanyaan, jika ini memang produk Megawati dan atas pembubaran ini SBY cuci tangan karena tidak mau malu sendirian, lalu mengapa dia mempertahankan BP Migas hingga kemarin (saat putusan belum dibacakan MK) ???
Secara pribadi, penulis mensinyalir adanya niatan dari Presiden SBY, mengangkat 'musuh' politiknya dan 'menjatuhkannya' disaat bersamaan.
Anda punya pandangan sendiri?
Salam Sinyalir,