Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Erasmus VS Luther (Perang "Kebebasan")

18 Oktober 2012   19:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:41 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="260" caption="Photo from Rotterdan.info (Erasmus Statue)"][/caption] Erasmus Desiderius of Rotterdam seorang humanis awal ( Era Renaissans ) asal Belanda. Ia dikenal sebagai  seorang Filsuf, Imam dan Teolog terkemuka yang hidup sekitar tahun 1467 (tahun yang diperdebatkan) hingga tahun 1536. Ia sering dikaitkan dengan sebutan "mengerami telur yang menetaskan Luther" meskipun mungkin sedikit terlalu berlebihan. Mengapa dia penting? Erasmus awalnya mendirikan disiplin kritik tekstual dan menghasilkan beberapa edisi Yunani pertama dari Perjanjian Baru yang telah muncul sejak Gereja Barat "berpisah" dari Gereja Timur (sepertinya, mungkin, dengan kombinasi renaisans dan perang salib) . Dia juga mengkritik Gereja Katolik Roma melalui satir, dimana yang paling terkenal diantaranya adalah In Praise of Folly. Di satu sisi ia menginspirasi Martin Luther dan mungkin telah memainkan peran lebih awal dalam konflik Luther dengan gereja Roma. Di sisi lain, ia menolak untuk meninggalkan Gereja Katolik Roma, percaya seperti beberapa divisi yang salah, dan kemudian terlibat dalam perselisihan sengit dengan Luther dan para reformator lainnya mengenai apakah bisa atau tidak kita sebut "dosa" dengan percaya bahwa kehendak bebas diperlukan. Secara terbuka melalui tulisannya Diatribe de Libero Artibrio (Uraian tentang kehendak bebas), Erasmus mengkritik Luther. Tulisan ini dimaksudkan untuk menyerang ajaran Luther yang menganggap orang yang berdosa terbelenggu oleh dosanya sehingga tidak mampu melakukan kebaikan. Menurut Erasmus, meskipun telah berdosa, manusia tetap mempunyai kehendak bebas yang dapat mencapai keselamatan dengan rahmat Tuhan. Luther tidak tinggal diam dan membalas Erasmus dengan tulisannya yang berjudul De Servo Arbitrio (Kehendak yang terikat). Melalui karyanya itu, Luther mengajukan pendapatnya bahwa manusia yang telah berdosa tidak lagi memiliki kehendak bebas. Seperti kuda atau kedelai yang jalannya diatur oleh penunggangnya dan dapat lagi menikmati kebebasan, demikianlah keadaan manusia yang telah jatuh dalam dosa. Luther Di Perbudakan Kehendak adalah, dalam beberapa hal, kritik langsung dari Erasmus. Erasmus juga percaya pada toleransi beragama total, dan percaya bahwa tanda-tanda eksternal yang hampir tidak berarti, sebaliknya percaya bahwa disposisi batin seseorang kepada Allah adalah apa yang utama. Namun, karena Erasmus menolak untuk berpihak selama masa reformasi Gereja, baik untuk Protestan atau Roma, dia pun, difitnah oleh kedua belah pihak. Meskipun demikian pada akhirnya, dia juga sangat dipengaruhi kedua belah pihak, yang paling terlihat langsung melalui karyanya dengan kitab Perjanjian Baru. Meski meninggal sebagai anggota Katolik Roma, ia dimakamkan di Basel di bekas Katedral yang pada saat itu telah diambil alih oleh Gereja Reformasi Swiss (seolah mencerminkan atau menegaskan, dalam beberapa hal, posisinya di antara dua kubu). Dengan menulis artikel ini, apakah saya benar-benar pernah mendengar tentang dia? Seperti yang tulis di bagian atas, dia sering dikaitkan karena menginspirasi Martin Luther dengan ide-ide dari Reformasi, meskipun Erasmus tampaknya menganggap pemikiran Luther sudah terlalu jauh. Erasmus tidak setuju dengan tindakan Luther yang dianggapnya telah membuat perpecahan gereja dan merusak hubungan dengan kepausan. Tetapi ia dikenal sebagai salah satu/seorang humanis awal, yang menekankan peran studi intelektual selain olah-rasa teologis yang ketat, sesuatu yang akan menghasilkan pencerahan sejati. Source: Pengetahuan pribadi dan Wikipedia =SachsTM=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun