Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Amien Rais Terjungkal dan Tidak Bangkit Lagi

1 Oktober 2012   05:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:25 2627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau juga tokoh Reformasi yang diduga memiliki ambisi kuat menduduki kraton Republik. Ambisi yang diperlihatkan dan seperti "jualan kunci" telah menyebabkan Sri Sultan menjadi permainan elit politik Partai Golkar. Seorang Sultan yang mungkin saja potensial jika menjadi Presiden tapi rakyat terkadung anti dengan Golkar dan Orde Baru menjadi hambatan bagi beliau. Jika saja beliau bukan orang Partai terutama Golkar dan setia sebagai penerus Takhta untuk Rakyat, mungkin tidak ada yang menolak dipimpin oleh Sultan.

Sekarang dengan UU keistimewaan Yogyakarta yang prosesnya melelahkan itu, Sri Sultan kembali menjadi milik seluruh rakyat Indonesia terutama Yogyakarta. Beliau diharapkan menjadi seorang Begawan bangsa dan kembali menjadi seorang "Indonesia seutuhnya" - bukan seseorang dengan orientasi atau berpihak pada partai politik tertentu.

Citra dan popularitas Sri Sultan mungkin tidak pernah tinggi tapi juga tidak pernah dianggap tercela...

Amien Rais

Tokoh yang satu ini termasuk yang paling cerdas dari ketiga tokoh diatas, MPR di bawah kepemimpinan beliau adalah yang terkahir yang berdaulat atas negara ini. Kepopuleran beliau diiringi blunder-blunder yang mengkhawatirkan, sehingga beliau termasuk tokoh yang dihindari oleh rakyat untuk posisi pengendali negara.

Amien Rais  juga termasuk tokoh yang mudah setir dan dimanfaatkan oleh pihak - pihak yang ingin berpengaruh atas negeri ini tanpa disadarinya. Disaat rakyat ingin pemimpin seperti Megawati, Amien tanpa ragu bergerak mengkhianati rakyat dengan poros tengahnya, tak pelak hal ini menuai antipati dari rakyat. Amien merasa mampu memanfaatkan Gus Dur, tapi justru Gus Dur yang memanfaatkannya dalam proses pemilihan RI - 1 di MPR kala itu. Ia benci Amerika, tapi Amerika makin kuat mempengaruhi kebijakan Indonesia saat ini dengan memanfaatkan Amien Rais dan kelompok disekitarnya.

Amien rais semakin tenggelam dengan  ide Federalnya, Poros tengahnya, kegagalan pen-capres-annya dan sekarang blunder pernyataanya yang sering menyengat malah berbalik menggigitnya.

Komentar soal kepopuleran Jokowi (walikota terbaik menyesatkan) saat Pilgub DKI, menjadikan berita di KOMPAS.com menjadi berita terpopuler sepanjang masa, dengan komentar yang bejibun.

Setelah kemenangan Jokowi pun, Amien masih mencoba menuai kontroversi di mata media dan para netter. Terbaru beliau juga menebar kecurigaan seputar orang -orang kuat dan kaya dibelakang Cawagub DKI "terpilih" Basuki atau Ahok.

Gus Dur mungkin sudah tiada, tapi nama beliau sudah ditulis dengan tinta emas, Megawati melalui partai dan prinsip serta Ideologi "Indonesian Dream-nya" masih terus menghasilkan generasi pemimpin di daerah - daerah. Sri Sultan sudah kembali pada singgasananya dan akan tetap sebagai seorang terhormat sebagaimana beliau adalah orang "berdarah biru". Suatu saat Sri Sultan dan penerusnya diharapkan dengan  pasti kembali jika Negara ini dalama krisis. Tiga tokoh reformasi masih mampu meraih nama mereka kembali.

Sayang sekali jika Amien Rais yang paling cerdas diantara ketiganya itu , disaat senja usia dan pengaruhnya, malah sibuk membuat  bibit perdebatan dan kecurigaan yang beresiko perpecahan di tengah masyarakat yang pernah dia perjuangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun