Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa Sesungguhnya yang Teraniaya?

23 Mei 2012   08:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:56 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PADAHAL... diamnya Mega dan ketidakhadirannya adalah sinyal bahwa PDIP selama dibawah kepemimpinan Mega akan tetap mengambil posisi tandingan penguasa.

Diamnya Mega adalah isyarat kepada elit Partai agar tidak mudah dipecah belah pemenang dengan iming-iming jabatan dan kekuasaan.

Diamnya Mega adalah bentuk perlawanan tanpa koar-koar yang dapat menumbuhkan perlawan rakyat terhadap pemerintah yang sah.

Diamnya Mega adalah penempatan diri akan keteguhan dan komitmen serta pemenuhan keinginan para pedukungnya yang tidak sedikit.

TETAPI media yang di setir penguasa dan antek-anteknya sudah secara sepihak menempatkannya sebagai ANTAGONIS politik Negara ini dan ia menerimanya.

Tetapi yang paling terlihat adalah kenapa kampanye diam-diam  dengan selalu mengekspose penjualan BUMN oleh pemerintahan Mega menjadi isu yang selalu diingatkan dalam setiap kesempatan, baik oleh pendukung karbitan SBY maupun politisi PD yang sengak nan  angkuh di Senayan sana?

Padahal penjualan BUMN itu untuk mengurangi beban politik pemerintah karena AS dengan restu IMF mendesak Indonesia agar tidak mengganggu gugat  perjanjian soal Freeport dan Caltex di Riau ( waktu itu ). Karena jika ada renegosiasi, maka IMF di tekan oleh AS agar tidak mencairkan bantuan Utang LN ke Indonesia.

Belum lagi persoalan genting saat itu yang mengancam kedaulatan RI, banyak yang tidak tahu bahwa Indonesia dan Malaysia sudah saling bidik senjata rudal dua minggu sebelum pengumuman soal Sipadan dan Ligitan oleh Mahkamah Internasional. Sementara  pesawat tempur RI tidak bisa terbang karena banyak yang rusak dan tak beramunisi akibat embargo AS dan Eropa.

Kita butuh uang untuk mendekati Rusia dan Korea utara yang butuh pangan dengan imbalan persenjataan dan rahasia nuklir...

Kita butuh jual gas murah untuk mengambil hati China agar bisa menerima ekspor Indonesia sekaligus bantuan amunisi...

Lalu apa salahnya mengorbankan satu kekayaan untuk kesatuan Republik?? Kenapa itu menjadi isu untuk membunuh karakter pemimpin wanita itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun