Singapura, Australia dan PNG serta Malaysia bekerja dalam irama yang sama dan terpola dengan baik dalam satu dirigen orkestra. Tujuannya adalah memastikan beberapa hal yang ingin diketahui dan dipastikan sesuai keinginan dengan memanfaatkan momentum poin keempat tadi ( pemilu 2014 ). Apa saja tujuannya?
1. Memancing informasi kekuatan Militer Indonesia sesunggunya.
Data yang dikumpulkan secara berkesimbungan oleh AS, Singapura, Malaysia hingga Australia NewZealand (ANZ) dianggap tidak presisi. Ada perbedaan antara anggaran yang minim, jumlah Alutsista dengan daya tempur TNI yang dipantau. Dukungan dana dan teknologi persenjataan yang minimal berbanding terbalik dengan daya pukul TNI. Militer Indonesia selama ini dianggap masih misterius oleh kekuatan utama dunia.
Seperti juga militer negara lain, memang seperti itulah seharusnya TNI menjaga kerahasiaan kekuatannya. Namun, misteri kekuatan militer Indonesia dianggap lebih penting untuk diukur karena faktor sejarah penggagas Non Blok yang disandangnya.
Australia yang selalu mengarahkan matanya pada militer Indonesia sering merasa tertipu ketika melihat kemampuan para prajurit TNI. Malaysia sendiri harus merasakan malu ketika manuver kapal TLDM di laut Ambalat terusir bukan saja oleh KRI yang lebih kecil, tetapi oleh keberadaan dua prajurit marinir di anjungan kapal mereka. Entah bagaimana keduanya bisa naik dan entah sejak kapan, tetapi keduanya sukses memaksa kapal TLDM berbalik arah meninggalkan Ambalat.
Dengan provokasi ini diharapkan akan muncul banyak informasi tentang jumlah kekuatan tentara indonesia dan persenjataannya secara resmi baik di media media terpercaya maupun dari pihak Indonesia sendiri. Daya gertak TNI tidak sehebat China atau Iran , namun disinilah letak rasa penasaran para tetangga kita.
2. Memancing reaksi sahabat lama.
Singapura sukses jalankan misinya, setidaknya saat ini karena Rusia muncul ke permukaan dalam memandang masalah yang dianggap cukup hangat. Indonesia mungkin tidak berminat berperang dengan Singapura, namun Rusia memandang perlu memberi sinyal bantuan jika sesuatu berjalan tidak kondusif. Kemunculan Rusia ini tidak biasa dan bukan hal gegabah, karena si beruang merah cenderung menjauh selama Orde Baru dan menjaga jarak selama SBY berkuasa. Moskow sengaja menanggapi keusilan Singapura, namun mereka juga memberi pesan jelas akan posisinya yang melihat pola satu komando pada kelakuan PNG dan Australia.
Bukan berarti Rusia terjebak pada permainan Singapura, melainkan permainan selanjutnya, yang lebih panas sedang menjadi sasaran Rusia, yaitu Indonesia tidak akan dibiarkan seperti Mesir atau Suriah. Artinya, pesan jelas Rusia ditujukan bagi "dirigen" kuartet (Malaysia, Singapura, PNG dan Australia), agar tidak mencoba memaksakan pemimpin sesuai pilihan mereka di Indonesia seperti yang sudah mereka lakukan di Mesir atau coba paksakan di Suriah.
3. Pemimpin pesanan sang Dirijen.
Indonesia diharapkan memilih pemimpin yang sesuai selera adidaya, seseorang yang berpihak pada kelangsungan hidup sekutunya di kawasan. Singapura yang kecil tidak akan bisa hidup makmur jika Indonesia tidak memberi keistimewaan, demikian pula Australia apalagi hegemoni Amerika akan jauh surut tanpa Indonesia. Penting juga diketahui posisi tentara indonesia akan berpihak kemana kepada siapa dalam hal sengketa dengan China soal Laut China Selatan.