Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jebakan Megawati Ungkap 'Belati' Prabowo?

24 Maret 2014   22:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:32 3978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Telah terjadi kegamangan dalam sistem politik yang coba dikembangkan oleh partai yang selalu menyerang kompetitornya diberbagai kesempatan. Genderang perang yang sudah ditabuh oleh partai politik asuhan Prabowo Subianto ini terus terdengar meski tidak ditanggapi oleh lawan yang dipilihnya, PDI Perjuangan. Suhu politik keduanya memanas yang bermula saat PDIP mengusung Jokowi sebagai capres, bukan mendukung Prabowo sebagai capres Gerindra, seperti perjanjian Batu Tulis. Perjanjian yang menurut Gerindra sebagai simbol bahwa Partai Banteng dalam kendali mereka. Segala keputusan partai asuhan Megawati itu serta merta tunduk pada Gerindra terkait pencapresan seseorang.

Meski begitu, Partai Gerindra masih menyadari kesalahannya karena seperti pengalaman sejak jaman Soeharto, Megawati yang terbiasa berhadapan dengan politisi licik dan culas masih menyimpan rapat misteri yang sudah menjadi rahasia umum itu. Megawati menyimpan sesuatu, bahwa akan ada saatnya dia buka suara, dan ketika saat itu tiba, saya yakin Gerindra akan terkena badai yang coba ditanamnya di langit Indonesia. Tapi, diamnya Mega memang menunjukkan bahwa ia bukan seorang yang sadis, meski Gerindra seperti menusuk nusukkan duri kedalam daging si Banteng. Mega tidak ingin mempermalukan Gerindra, meski dia sudah diminta petinggi PDIP agar mengambil kesempatan itu.

Menyadari kekeliruanya, bahwa serangan mereka hanya akan memperkuat posisi Jokowi dimata massa yang selama ini mendukungnya menjadi pemimpin. Seseorang yang dianggap mampu mengatasi semua kemunafikan sisa sisa Soeharto dan Orde Baru, Gerindra mencoba rekonsiliasi dengan mengatakan bahwa mereka tidak menutup kemungkinan adanya koalisi dengan partai besutan Megawati Soekarnoputri..

"Terbuka juga, kalau memikirkan ideologi kan sudah sama. Kita memikirkan wong cilik ya sama," kata Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi, Jakarta, Minggu, 23 Maret 2014. (liputan6.com)

Tapi Suhardi menyebutkan standar ganda dan bersayap khusus untuk kemungkinan koalisi dengan PDIP, dimana mereka ingin agar calon presiden Gerindra tidak diganggu gugat alias tetap pada Prabowo. Syarat itu tampaknya cukup sulit dipenuhi PDIP. Bahkan jika suara PDIP dibawah Gerindra sekalipun, saya sangat yakin bahwa Prabowo akan sulit mendapat restu dari Megawati. Kenapa?

Siasat Megawati, Siapa Terjebak?

Kita tahu bahwa pencapresan Jokowi oleh Megawati bukan sekedar mencari dukungan dari para pemilih pemula yang mengidolakan si kurus. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan Jokowi sebagai Capres pilihan Mega, maka diharapkan suara PDIP akan semakin terdongrak, mengingat rakyat ingin partai yang tidak sama dengan Demokrat ataupun Golkar, terutama PKS. Selain itu, dan ini yang utama, Mega juga punya maksud lain sebagai politisi mapan yang sudah kenyang pengalaman. Megawati ingin melihat siapa teman, siapa lawan dan siapa musuh dalam selimut itu. Mega ingin membuktikan ucapannya tentang penumpang gelap itu, pemilik "belati" dibalik punggung itu.

Gerindra dan Prabowo yang langsung blingsatan dan menyerang seperti orang buta ditengah goa, menunjukkan bahwa mereka bukanlah sahabat sejati. Sahabat yang selama ini ingin membantu wong cilik dan menghebatkan Indonesia. Gerindra telah masuk dalam jebakan siasat pembuktian terbalik ala Mega, bahwa dengan mencalonkan JOkowi, akan terlihatlah siapa saja lawan, kawan dan Musuh dalam selimut itu. Dengan demikian, Mega dengan PDIPnya akan lebih mudah menyiapkan strategi kontra untuk melawan segala kampanye hitam. Sebab lawan lawan sudah membuka topengnya.

Koalisi sesungguhnya

Meskipun koalisi antar partai akan terjalin setelah hasil pemilu ditentukan oleh rakyat pada 9 April nanti, namun semua partai tentunya sudah menyusun berbagai koridor kebijakan dan skenario terkait posisi yang akan mereka raih. Namun akan berbeda halnya dengan Gerindra yang sejak lama sudah ingin berkoalisi dengan Demokrat, maka koalisi dengan PDIP akan menjadi semakin sulit terwujud karena PDIP akan menghindari pertemanan dengan biang utang negara itu.

PDIP hanya memenuhi keinginan rakyat, dengan merespon keinginan rakyat yang ramai ramai menghujat Demokrat, mengingat rakyat sangat anti dengan partai yang disebut sebut terhubung dengan kasus Century dan Hambalang itu. Tetapi Gerindra yang jadi gamang oleh keberadaan Jokowi tidak membaca hal itu selama ini, hanya karena mereka ingin memanfaatkan kelemahan Demokrat untuk berkuasa, mereka lupa bahwa ada partai lain yang sedang ingin menjalin koalisi tapi tanpa Demokrat yang sudah terpuruk.

Jika Gerindra ingin berkoalisi dengan PDIP dan mungkin dengan beberapa partai lain seperti PBB, mungkin Prabowo harus belajar untuk melihat kenyataan bahwa rakyat tidak ingin melihat keberadaan Demokrat di pusaran kekuasaan. Setidaknya untuk saat ini hingga pemilu 2019 mendatang. *Masih lama ya..?

Pilihan koalisi Gerindra memang lebih banyak dibanding pilihan koalisi PDIP, hal ini karena Gerindra tidak sungkan berhubungan dengan partai partai yang memiliki cacat dimata rakyat. PDIP, disisi lain, tidak ingin koalisi menjadi ajang bagi bagi kue kekuasaan yang ujung ujungnya akan membebani keuangan negara dan rakyat. Karena koalisi yang dibangun atas dasar bagi bagi kekuasaan akan menciptakan kompetisi saling sikut untuk mencari proyek proyek dan kursi basah.

Jika proyek dan kursi basah yang dicari, maka apa bedanya dengan pemerintahan sekarang yang sedang menuju pembubarannya? Apakah itu bukan berarti sedang berkompetisi antar koruptor dengan nama kabinet berkuasa?

Semoga kita jadi cerdas dalam menentukan satu suara milik kita.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun