Mohon tunggu...
Adie Marzuki
Adie Marzuki Mohon Tunggu... lainnya -

jurnalis teknologi & budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

People Economic Networks

13 Februari 2014   02:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Definisi subyektif dari People Economic Network  atau PEN adalah jejaring usaha masyarakat yang membentuk ekosistem dengan tujuan membangun perekonomian komunitas yang terintegrasi kedalam suatu jaringan antar daerah yang swadeshi. Idealnya, PEN mengombinasikan tiga sektor dalam perekonomian, yaitu swasta, publik dan ekonomi sosial. Implementasi PEN yang ideal mengandung unsur bisnis atau perusahaan dengan kepemilikan individu, unsur pemerintah, dan ekonomi sosial. PEN adalah solusi sosialistis bagi kedaulatan pasar domestik di tengah globalisasi ekonomi yang sulit dibendung.

Pada masa kini, rantai ekonomi yang dibangun oleh perusahaan multinasional dengan jangkauan yang sangat luas, merasuk jauh kedalam setiap sendi-sendi industri lokal. Mereka menguasai rantai nilai dalam industri dan memiliki akses ke segala lapisan pasar. Mereka menguasai hulu sampai hilir, dari bahan baku sampai ke outlet dan purna jual. Penguasaan hulu ke hilir tersebut menghasilkan efisiensi yang tidak mampu disaingi oleh usaha-usaha lokal. Akibatnya, kapitalisasi pasar yang sangat besar membuat perusahaan-perusahaan tersebut mampu menetapkan standar-standar produksi dan penjualan.

Walaupun penguasaan tersebut mendapatkan legitimasi dari sistem yang terkooptasi, kondisi yang telah berjalan cukup lama ini mengaburkan realita tersebut. Kondisi tersebut bukan saja menutup akses pasar bagi usaha-usaha domestik dan karenanya, bertentangan dengan asas ekonomi yang dirumuskan dalam konstitusi negara ini. Penguasaan rantai yang dijustifikasi dan diproteksi dengan dalil globalisasi tersebut, membuat ekonomi lokal hanya mampu membangun cabang mata rantai, atau menjadi alat pelengkap dari proses ekonomi yang terjadi. Industri lokal hanya menerima porsi kecil dari rantai nilai yang ada.

Perusahaan multinasional ini didukung sepenuhnya oleh negara asalnya, dan mampu mengakses sampai ke tataran regulasi serta kebijakan di negara tempat operasinya. Mereka mampu menyisipkan kepentingan mereka sampai ke kebijakan pendidikan, hukum, industri dan sistem pemerintahan. Dengan demikian mereka mengamankan pasokan sumber daya alam serta manusia bagi produksinya, dan memprotek kapitalisasi pasarnya. Pola-pola industri yang terbangun ini, secara nyata menjadi ancaman bagi kedaulatan, bahkan eksistensi republik ini.

Saat ini, model PEN yang dirintis oleh penggiat akar rumput Tedy Tritjahyono dari PIKIR Institute di beberapa komunitas di berbagai daerah mulai membentuk formasinya di masyarakat. Walaupun optimasi masih belum maksimal, implementasi yang berlangsung lancar dan benefit langsung yang diterima masyarakat, memberikan harapan-harapan perubahan. Terlepas dari fakta bahwa jejaring yang terbentuk secara organik masih belum mendapatkan partisipasi penuh dan aktif dari rakyat segala lapisan, inisiasi PEN ini terlihat mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di skala lokal.

Konsep PEN adalah model bisnis yang dapat diterima oleh komunitas masyarakat segala lapisan. Faktor kunci yang menjadi basis kekuatan model tersebut adalah kepemilikan. Self sufficiency atau swadeshi yang dibangun dengan rajutan jejaring ekonomi komunitas ini menjadi perisai dari penetrasi ekonomi global. Kedaulatan serta otoritas masyarakat yang terbangun dengan berlandaskan kekuatan ekonomi komunitas, memproteksi pasar lokal dari penetrasi produk globalisasi.

Secara substansi, ketika suatu komunitas masyarakat memiliki fasilitas produksi lokal untuk memenuhi kebutuhan mereka, serta mampu memenuhi segala kebutuhan lainnya melalui interaksi dengan komunitas lainnya dalam jejaring yang mengikat, maka terealisasi kedaulatan ekonomi di suatu negara. Inisiasi PEN dalam pekatnya himpitan hegemoni adalah langkah awal menuju demokrasi ekonomi, demokrasi sosio-kultural, yang berujung kepada kedaulatan negara.

Tahapan yang harus dilewati adalah penguasaan teknologi, sebelum kemudian mengkonversi sebagian daya beli masyarakat menjadi modal produksi. Saat ini, pengembangan PEN adalah kearah implementasi teknologi madya yang tepat guna dalam industri masyarakat. Pembangunan kapasitas masyarakat adalah prioritas utama dalam tahapan ini. Aktivitas para penggiat PEN dari PIKIR Institute memberikan bukti empiris mengenai potensi yang dapat dioptimasi dari masyarakat lapis bawah.

Masyarakat yang diberikan akses pengetahuan dan teknologi, walaupun tergolong rakyat miskin, dengan sukarela akan mengkonversi sebagian alokasi kebutuhan mereka untuk membangun kompetensi produksi. Kolaborasi masyarakat di suatu daerah, dari berbagai latar status ekonomi, memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Absorsi inovasi teknologi yang tepat guna, serta pemahaman model bisnis yang ideal bagi suatu komunitas, adalah pendekatan yang selama ini belum memasyarakat, terutama di pedesaan.

Sosialisasi model PEN seyogyanya menjadi prioritas bagi segenap pejuang kerakyatan. Semakin banyak daerah implementasi, maka semakin kaya varian produk yang dihasilkan, dan semakin dekat bangsa ini kearah kemandirian. Pada prinsipnya, PEN dapat dibangun di semua komunitas masyarakat. Baik berbasis daerah, maupun basis yang lain seperti klaster industri tertentu atau segmen yang terbentuk dari kebutuhan maupun kompetensi.

Dalam konteks ini, maka Partai Sosialis Indonesia yang hari ini memperingati hari lahirnya yang ke 66, menetapkan PEN sebagai salah satu program prioritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun