Angan burung dalam diriku
menjulang tinggi porak poranda
Batas antara insomnia dan
kadar testosteron ke tiga puluh
panas, sayang.
Didih birahi ditabik angin lampau
menimpa keras akar bakau
sela pengenalan diri
bawa jelaga lari ke rimba,
hutan menguar, gang sempit penuh
bangkai tikus, jalan pulang.
Ricik hujan bola matamu kala senja
enggan ke peraduan, ke perut kotor bumi
kemana kubuang arus-Mu,
yang membusung lapar dinanar nanah?
Seolah yang hidup harus mati,
dan mati tetap mati, sayang.
Mohon jaga baik-baik syaraf ini,
aku takut tak sanggup memompa
beku darah di jantung, keras kepala.
hati minum racun sepuluh kali sehari.
Petang yang meninggi
makin cemas, usia memendek.
Aku kehilangan seluruh ucapan Semoga
di hari ulang tahunku.
Aku harap kau tetap mau
berpiknik nakal dalam gaung diriku,
sayang.
**
M Sanantara
Bgr, 25122024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H