maret, 2008.
semester genap.
musim tandus.
aku dan irma,
terkurung dalam
ruang dan waktu
yang orang dewasa
bilang:
"sekolah," namanya
waktu itu
jujur aku sungguh
lucu omg tampan
amat menggugah selera
bagi siapa
tak terkecuali
mata-mata bengal nan nakal
aku menguasai seluruh mapel
tanpa bersusah payah
(kesombongan adalah bagian
dari kesenangan dan kesenangan adalah
bagian dari kemanusiaan)
penjelas dalam tanda kurung ini
kuperoleh usai enam belas tahun kemudian
(aduh) betapa dungu nan tolol
irma, maaf chayangkuh!
tak apa kan?
kepada guru bahasa indonesiaku
Alm. Wasthori, Spd
kau lerai makna denotasi
pada simpuh ngantuk menahan
nguang nguang
seisi kelas bak hewan kesetanan
tak tahu semaunya maka semuanya
adalah kecacatan intelektual
/mampus loe, remedial
(hadeuh) betapa simpati nan pukau
guru, maaf bapakusayang!
damai kan?
gulungan film
tampak seperti
adegan 1:
pada suatu siang cerah
pak guru ips menerangkan
tentang manusia purba
yang katanya berotak besar
tapi berkemaluan terbuka
juga tak pandai berhitung
sembilan dikurang satu
jadi seratus
fokus irma cuma pada
cermin kecil bekas bedak
mustika ratu ibunya yang
ia curi diam-diam
dimanyunkan bibir ungu
nan sintal itu
aduh manja
alisnya tebal lebih tebal dari
ban motor Jupiter MX
bulu matanya jelantik
bukan kepalang lebih lebih
burung gelatik
maka berjogetlah ia istirahat
menghampiriku
heh, bolos yuk besok ke pohon
bambu bi mirna
kita main ikan-ikanan
(rol kaset retak.tak.tak.tak.asik)
adegan 3:
budi teman sebangku
di baris paling belakang
dari pintu masuk
rajin benar ia
menyiasati ujian
ia pergi tinggalkan aku
waktu aku haruslah
menjadikan teman selamanya, ia
astaga, kertas ujian bahasa inggrisnya
sampai sekarang tertinggal
di ingatan tertulis 100,9 (A+)
adegan 4:
lipstik, bedak warung, kaca ibunya
setia menemani hari demi hari
keceriaan nan malas irma
wajahnya cuma ada senyum, tawa,
galak, riuh anehnya
tak masalah, justru kusuka
dia temanku, nada semangat
jika guru sakit atau telat masuk kelas
maka bergoyanglah seperti
gadis kucing di atas panggung
yang dipandangi ribuan
iblis-iblis pria diskotik
(anehnya)
aku biarkan lelaki banci itu
meneriakinya, "dasar lonte!"
(maaf) temanku
si dungu pintar nan bodoh
telat menyadari
enam belas tahun kemudian
ingatanmu, muncul tetiba
pada suatu malam yang hangat
penuh bianglala
padang ilalang di bulu matamu
tinggi menjulang seperti gunung, temanku
hiduplah kau!
**
M Sanantara
Bgr, 20122024, mengenang irma si kucing garong (ku)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H