Mohon tunggu...
Adi Ciputra
Adi Ciputra Mohon Tunggu... Guru - Manusia Biasa dengan Pemikirannya

Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki seorang pemuda

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Guru Honorer #3 Sejarah Keluarga

25 Januari 2022   17:02 Diperbarui: 25 Januari 2022   17:05 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapakku merupakan anak pertama dikeluarganya, keluarga Bapakku merupakan perpaduan antara orang jawa dan betawi, mbah ksayang dari jawa dan mbah putri dari betawi. Mereka tinggal di Jakarta. Keluarga Bapakku sangat dipandang dan dihormati oleh masyarakat sekitar, dari segi ekonomi, sosial, sampai agama. Memang mbah ksayang salah satu pemuka agama. Tetapi Bapakku memang dahulu sangat nakal kelsayaannya, nakal dalam sekolah dan pergaulan. Sampai saat Bapakku bertemu dengan Ibuku, pertemuan mereka pertama kali di pasar, saat itu ibuku sedang berada di dalam bajaj, Bapakku yang sedang nongkrong di pasar melihat ibuku dari luar, sontak langsung lompat ke dalam bajaj tersebut hanya untuk berkenalan.

Memang ibuku dari orang jawa tepatnya di purwokerto, sangat kontras dari keluarga Bapakku, ibuku dibesarkan dari keluarga yang miskin. Ditinggal meninggal kedua orangtuanya pada usia 11 tahun, pada saat itu ibuku menjadi salah satu tulang punggung keluarga untuk menafkahi adik-adiknya. Sehingga pada saat umur yang masih belia, ibuku merantau ke Jakarta untuk bekerja menjadi ibu rumah tangga, sempat ibuku pernah bercerita pengalamannya menjadi pekerja rumah tangga yang ditipu oleh majikannya. Majikan saat itu orang cina, ibuku sempat dikurung di gudang selama seharian penuh, tanpa dikasih makan dan minum, akhirnya ibuku nekat melarikan diri melalui fentilasi udara di ruangan tersebut. Ibuku lari dan tak tahu mau kemana. Mendengar ibuku cerita seperti itu, membuatku iba dan semangat untuk membahagiakan ibuku. Terlepas dari masalah tersebut, dengan ibuku merantau ke Jakarta pada saat itulah ayah dan ibuku dipertemukan.

Bapakku sangat menyukai ibuku pada saat pertama kali bertemu, mungkin ini yang disebut cinta pada pandangan pertama. Bapakku yang seperti preman pasar pada saat itu memberanikan diri untuk memulai hubungan dengan ibuku. Walaupun hubungan mereka terhalang restu orangtua Bapakku, tepatnya dari mbah putri, dia tidak setuju jika Bapakku menikah dengan ibuku. Tetapi halangan tersebut dapat mereka lalui untuk membangun bahtera rumah tanggga yang diimpikan. Mereka pada akhirnya menikah, dan memulai segalanya dari nol. Itulah hidup selalu ada lika liku kehidupan, tidak selamanya menemui jalan lurus, terkadang kita dihadapkan pada dua pilihan atau lebih untuk melanjutkan perjalanan.

Hingga pada akhir ayah dan ibuku dikaruniai 3 anak kakakku perempuan dan 2 anak lelaki (saya dan adikku).Pada saat itu keadaan ekonomi keluarga kami sangat sulit. Masih sangat teringat di pikiranku kejadian dimana keadaan keluarga kami sangat krisis, sampai-sampai untuk makan kami hanya bisa menikmati perpaduan nasi dengan garam saja. Walaupun saat itu masih kecil, namun kejadian itu sangat membekas di benak pikiranku hingga kini.

Sempat saya menyesali mengapa saya dilahirkan di keluarga seperti ini, dan saya sempat berfikir mengapa hidup ini tidak bisa memilih, andai saya bisa memilih, saya akan memilih untuk dilahirkan di keluarga yang kaya raya. Tetapi semua itu hanya sebuah khayalan belaka. Keluarga saya memang seperti ini adanya, namun saya sangat mencintai seluruh anggota keluarga saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun