Mohon tunggu...
Adi Chandra
Adi Chandra Mohon Tunggu... Operator - Penulis Lepas, Petualang dan Pecinta Keindahan Alam

Lulusan Universitas Tanjungpura Pontianak , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Hobi traveling dan menjelajah hutan Kalimantan Barat

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kaki Gunung Niut Kalimantan Barat: Berburu dan Belajar Sejarah di Desa Tengon

30 Oktober 2023   13:32 Diperbarui: 30 Oktober 2023   13:35 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jurnalbaratborneo.blogspot.com

Menyelam dan memancing ikan merupakan salah satu hobi yang banyak digemari masyarakat dunia. Selain untuk keseruan, memancing dan menyelam ikan juga (menurut saya) dapat memberikan ketenangan tersendiri, apalagi jika spot (lokasi) yang kita kunjungi tersebut berada di tengah hutan yang sejuk.

Iya, kali ini saya akan menceritakan pengalaman beharga yang saya dapatkan saat pergi memancing dan menyelam ikan di wilayah paling hulu sungai Landak, Kalimantan Barat. Sungai Landak itu sendiri adalah sungai yang berakhir atau bermuara di sungai terpanjang yang ada di Indonesia, yaitu sungai Kapuas

Tidak jauh dari dari lokasi memancing dan menyelam ikan terdapat sebuah desa yang dihuni oleh masyarakat Dayak Kalimantan Barat yang dinamai Desa Tengon.

Kebetulan salah satu dari rombongan  yang berangkat memancing bersama kami waktu itu adalah Putra Dayak asli Desa Tengon. Namanya Kris, ia sudah lama menetap di Ibukota Kecamatan Air Besar, yaitu Desa Serimbu. 

Dikediaman Kris inilah kami beristirahat, mencairkan suasana dengan masyarakat Desa Tengon sembari menikmati Secangkir Kopi dan Air Enau yang baru diambil dari pohonya.

Sumber: jurnalbaratborneo.blogspot.com
Sumber: jurnalbaratborneo.blogspot.com

Desa Tengon dan Cerita Masyarakatnya

Desa Tengon berdekatan dengan Gunung Niut dan salah satu gunung yang memiliki sejarah yang menarik, Kalau tidak salah gunung Berembang (mohon koreksinya untuk pembaca yang lebih mengenal nama gunung ini). Menurut cerita yang saya dengarkan dari Ayah Kris, gunung Berembang merupakan wilayah geriliya prajurit PKI dahulu kala. Beliau juga bercerita tentang keberadaan sebuah danau (saya lupa di gunung Niut atau Berembang) yang menjadi saksi bisu "celakanya" pasukan Belanda yang ingin menyerang para pejuang yang ada di pegunungan tersebut.

"Mereka (prajurit Belanda) berniat untuk memotong jalur dengan menyebrangi danau untuk mempercepat waktu tempuh ke medan tempur. Keputusan tersebut mereka ambil, karena mereka melihat adanya pohon tumbang yang melintang seperti jembatan diatas danau tersebut (pohon tersebut tergenang tidak timbul di permukaan). Namun naas, ternyata yang mereka kira pohon tersebut adalah ular besar yang sedang berendam di danau tersebut, ujar Ayah Kris (11/02/2018)".

Masyarakat Dayak Desa Tengon sangat ramah kepada kami. Kami disambut dengan baik, dan toleransi umat beragama di sini juga sangat kuat sekali. Saya mendapatkan suatu pengalaman yang sangat beharga selama saya berada di Desa ini. 

Suatu ketika saat saya sedang mengobrol ria bersama rombongan dan masyarakat asli Desa Tengon, Ayahnya Kris yang memiliki keyakinan yang berbeda dengan saya memanggil salah satu dari teman saya yang Muslim untuk memotong dua ekor Ayam. Hal tersebut beliau lakukan karena beliau memahamai aturan tentang bagaimana seorang Muslim memperlakukan (menyembelih) daging yang akan di makan. Sungguh toleransi antar umat beragama yang patut diacungi jempol, Sehat Terus Pak!

Menyelam Ikan

Tidak terasa sore pun tiba, ayam yang disembelih oleh teman saya barusan sudah di goreng dan siap di santap. Kamipun di panggil ke dapur dan disuguhkan makanan yang sudah disiapkan diatas meja makan. 

Sungguh baik sekali pikirku, semoga Tuhan membalas kebaikan beliau sekeluarga, amin. Setelah selesai menikmati hidangan yang disuguhkan, kami kembali ke ruang tamu dan melanjutkan obrolan yang sempat dijeda beberapa saat. Obrolan semakin asik, dan kami semua larut dalam obrolan tersebut.

Sumber: jurnalbaratborneo.blogspot.com
Sumber: jurnalbaratborneo.blogspot.com

Tiba-tiba pamanya Kris datang dan menawarkan kami untuk berangkat pada malam hari. Ia menjelaskan bahwa ikan akan menjadi jinak jika kita menyelam pada malam hari. Untuk memancing, ia sarankan di Pagi hari saat ikan sedang lapar dan mencari makanan. Kamipun Menyanggupi saran tersebut, kami berangkat pada malam hari.

Sumber: jurnalbaratborneo.blogspot.com
Sumber: jurnalbaratborneo.blogspot.com

Tidak terasa malampun tiba dan kami langsung bergegas menuju lokasi menyelam ikan. Di lokasi yang kami kunjungi ini banyak terdapat ikan Mahseer atau sering di kenal dengan sebutan ikan Semah, dan di sebut oleh masyarakat Desa Tengon dengan Nama Ikan Tangis. Terbukti, saya dapat melihat ikan yang lalu-lalang di antara lubang bebatuan di dalam air. 

Kami mulai melakukan perburuan (menyelam ikan) dari Pukul 20:00 wib dan berhenti pada pukul 01:00 wib. Setelah itu kami membuat api unggun untuk menghangatkan badan serta memasak nasi dan ikan hasil buruan. Setelah makan dan beristirahat sejenak untuk menghangatkan badan, kami melanjutkan perburuan, berhenti dan pulang kerumah tepat pukul 04:00 wib.

Mungkin kalian akan penasaran bagaimana keseruan kami saat menyelam ikan di Hulu Sungai Landak Kalimantan Barat, Berikut adalah videonya:


Sampai pada cerita selanjutnya, salam..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun