[caption id="" align="aligncenter" width="491" caption="Plang Taman Nasional Gunung Merapi (dok. Pribadi)"][/caption] Alam memang selalu punya caranya sendiri dalam menampakkan keindahannya. Taman Nasional Gunung Merapi adalah salah satu buktinya. Berada di lereng Bukit Kaliurang, Sleman, Taman ini menjadi salah satu obyek wisata yang wajib dikunjungi di Yogjakarta. Selain suasananya yang sejuk dan alami, kita juga akan disuguhkan kucuran air terjun yang mengalir dengan deras. Bukan itu saja, di sepanjang jalan setapak menuju air terjun kita dapat menyaksikan monyet-monyet hutan yang berlarian dan melompat dari dahan ke dahan. Bila beruntung, para pengunjung bisa berinteraksi secara langsung dengan para hewan primata tersebut. Biasanya mereka bertengger di atas pohon dan mengeluarkan suara-suara aneh yang terdengar sangat lucu. Mereka akan turun dari pohon secara otomatis ketika perutnya mulai keroncongan. Dengan insting binatangnya, para hewan primata ini akan mendekati orang-orang yang sedang makan atau tengah menjinjing makanan. Awalnya memang terasa mengerikan, tapi monyet-monyet ini sudah sangat akrab dengan kehadiran manusia, jadi kita tidak perlu cemas akan hal ini. Saya sangat beruntung! Ketika menelusuri keseksian Taman Nasional Gunung Merapi, saya menyaksikan tiga ekor monyet sedang meminta makanan ke salah seorang pengunjung di jalan setapak bukit. Rasanya menyenangkan melihat dua spesies, monyet dan manusia berinteraksi dari jarak yang sangat dekat tanpa ada penghalang apapun. Mereka saling menerima dan memberi satu sama lain. Sang manusia memberi makanan dan menerima kepuasan batin; sang monyet menerima pisang dan memberikan kebahagiaan yang tidak terbeli. Saya langsung mengabadikan momen yang cukup langka ini dengan kamera saku yang sudah disiapkan dari awal keberangkatan. Ada semacam bekas aliran lahar Gunung Merapi di antara jalur pergi dan jalur pulang di Taman Nasional Gunung Merapi. Selain menyatu dengan tanah, sisa-sisa abu vulkanik bisa kita temukan masih menempel di rerumputan jalur ini. Beberapa pohon yang berada di jalur tersebut terlihat banyak yang mati dan sudah tidak memiliki daun lagi, imbas dari erupsi Gunung Merapi yang terjadi beberapa waktu silam. Pohon-pohon tersebut membentuk sebuah liukan alami pada batangnya, berwarna hitam keabu-abuan dan tak memiliki sehelaipun daun pada tangkainya. Keseksian inilah yang membuat Taman ini berbeda dengan bukit-bukit lain yang ada. Perjalanan dari pintu masuk Taman Nasional Gunung Merapi sampai ke air terjun utama cukup dekat. Saya pribadi tidak merasakan pegal karena dari awal masuk, kita sudah disuguhkan dengan keasrian alam Kaliurang yang mempesona. Cipratan air terjun yang mengalir dari hulu akan membayar segala kelelahan yang ada. Tepat di bawah air terjun ini berada, terdapat sebuah kolam yang dapat diselami. Tidak begitu besar memang, tapi kesegaran airnya akan menggoda kita untuk membuka baju dan menenggelamkan diri hingga seluruh badan menjadi basah. Sayangnya saat itu saya tidak membawa baju dan celana ganti, jadi urung untuk berenang di kolam air terjun tersebut. Sensasi dingin dan segar langsung terasa ketika air kolam dicipratkan ke wajah saya.
[caption id="" align="aligncenter" width="491" caption="Primata Taman Nasional Gunung Merapi (dok. Pribadi)"]
[caption id="" align="aligncenter" width="491" caption="Taman di Tengah Hutan. (dok. Pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H