Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Inilah "Spill" Biaya Dhammayatra ke India

6 November 2024   12:00 Diperbarui: 7 November 2024   11:30 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dhammayatra India 2024/ Sumber: Dok. Bpk Sunarto-Loka Tour

Karena ada banyak yang bertanya tentang pengalaman saya saat ber-Dhammayatra ke India beberapa waktu lalu maka saya katakan bahwa perjalanan tersebut amat sangat berkesan di hati saya.

Ada banyak hal-hal baik yang terjadi, yang melebihi ekspektasi saya. Alhasil, saya kira, perjalanan itu amat layak dikenang karena saya tak akan lagi memperoleh pengalaman yang sama meski saya mungkin pergi lagi beberapa tahun berikutnya.

Meski begitu, saya nggak akan membagikan pengalaman itu di dalam artikel ini. Saya kira, menceritakan perjalanan selama 13 hari di dalam satu artikel rasanya tidak akan cukup. Mungkin di lain kesempatan saya akan berbagi cerita tersebut.

Yang mau saya bagikan di artikel ini adalah soal biaya perjalanan selama ke sana dan cara untuk memperolehnya. Saya rasa topik ini nggak kalah penting ketimbang cerita perjalanan itu sendiri.

Saya pikir, agak percuma kalau saya bercerita panjang lebar tentang India dan semua keunikannya, tapi kamu hanya bisa membayangkannya saja. Lebih baik saya beritahu kamu caranya pergi ke sana sehingga kamu bisa mengalaminya sendiri.

Saya ikut Dhammayatra bersama rombongan dari Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya. Pada tahun ini, biaya Dhammayatra yang dikenakan sebesar USD 2220 (setara Rp 35 juta). Biaya itu sudah mencakup tiket pesawat Singapore Airlines, visa, hotel, tiket masuk tempat wisata, dan sebagainya.

Biaya tadi bisa dicicil. Namun, di awal kamu harus deposit USD 1000 terlebih dulu untuk keperluan pemesanan tiket pesawat dan sebagainya. Sisanya bisa kamu bayar bertahap.

Saat melihat pengumuman Dhammayatra, sebetulnya saya bisa bayar lunas pada waktu itu juga. Kebetulan saya sedang pegang cash lebih dari cukup. Namun, saya malah memilih membayarnya dengan cara mencicil.

Pertimbangannya sederhana. Saya melihat bahwa kurs Dollar masih mungkin turun dalam beberapa bulan ke depan. Pada bulan Februari saat saya deposit, kurs Dollar menyentuh Rp 15.700-an. Jika The FED jadi menurunkan sukubunga pada Bulan Mei, maka kurs Dollar bisa turun di bawah Rp 15.000. Hal itu tentunya bakal membikin biaya perjalanan saya jadi lebih murah.

Pertimbangan lainnya ialah meminimalkan risiko. Saya berangkat pada bulan Oktober, sementara saya diharuskan sudah deposit sejak Februari. Artinya ada jeda lebih dari 6 bulan. Hal itu tentu saja cukup berisiko. Sangat mungkin saya gagal berangkat karena terjadi hal-hal yang berada di luar kendali saya. Jadi, ketimbang uang hangus, mending saya bayar setahap demi setahap.

Meskipun terkesan lebih aman, namun nyatanya cara itu malah membikin biaya yang harus saya bayar jadi sedikit lebih mahal. Sebab, prediksi saya bahwa kurs Dollar bakal turun di bulan Mei ternyata meleset. Bukannya turun, kurs Dollar malah "lari" hingga menyentuh Rp 16.400!

Pada waktu itu, saya sempat ketar-ketir, takut kalau nanti dia tembus Rp 17.000. Kalau sampai terjadi maka saya mesti menyiapkan uang ekstra untuk pelunasan.

Namun demikian, untungnya "drama" tadi berakhir dengan cukup baik. Semua biaya lunas sekitar bulan Agustus. 

Berikutnya saya tinggal menyiapkan uang saku. Saya membikin anggaran 2000 rupee (setara Rp 400.000) per hari. Artinya habis atau tidak, sebesar itulah jatah yang saya siapkan.

Cara itu saya pakai agar saya menggunakan uang dengan bijaksana dan efisien. Karena hampir semua kebutuhan sudah terpenuhi dari biaya sebelumnya, maka uang saku itu lebih banyak saya gunakan untuk berdana. Memang saya sudah ada niat, kalau saat saya berkunjung, hati saya ada dorongan untuk berdana, maka saya akan langsung melakukannya.

Jadi, jika ditotal maka uang saku yang saya bawa sebesar 22.000 rupee (Rp 4.400.000).

Dari situ terlihat bahwa biaya travel plus uang saku yang harus saya siapkan mencapai hampir Rp 40 juta. Menurut saya, itu adalah biaya yang wajar (bahkan "murah" kalau kamu berencana pergi 5 tahun lagi karena kurs Dollar mungkin sudah berkisar Rp 17-18 ribuan).

Kemudian, kalau kamu ingin berangkat Dhammayatra ke India, bagaimana cara mengumpulkan uangnya? Oke, sekarang kita masuk ke pembahasan yang lebih teknis.

Saya pergi ke India dengan menggunakan uang pribadi. Tidak pakai kartu kredit atau pinjol atau paylatter. Tidak minta sama orangtua. Tidak juga gadai sertifikat segala. Semuanya murni hasil usaha dan investasi yang saya lakukan.

"Kendaraan" saya dalam melakukan investasi adalah saham. Pada tahun lalu, investasi saham saya cukup menguntungkan, sehingga sebagian keuntungannya saya jadikan modal untuk ber-Dhammayatra ke India. Meskipun keuntungan tadi belum bisa menutupi keseluruhan biaya perjalanan saya, namun setidaknya aset saya tidak berkurang. Suatu hari nanti mungkin saja saya bisa jalan-jalan ke luar negeri dibiayai seluruhnya dari dividen yang saya peroleh.

Tentu saja, cara itu hanya boleh dipakai kalau kamu paham investasi saham. Memang investasi saham bisa mempercepat bertumbuhnya uang kamu, tapi di sisi lain, ada risiko besar yang mungkin kamu alami kalau kamu salah ambil keputusan investasi. Jadi, jangan sampai, kamu malah rugi karena harus cutloss buat bayar biaya perjalanan.

Cara lainnya? Kamu bisa mulai menabung Dollar. Cara itu cukup konservatif dan aman, meski kamu harus banyak-banyak bersabar menjalaninya. Kuncinya adalah disiplin. Kalau kamu memang tipe orang yang disiplin, kamu amat cocok memakai cara ini.

Sekarang sudah ada komunitas yang menggunakan cara ini. Jadi, masing-masing anggotanya diminta menyisihkan uang untuk ditabung. Kalau sendiri-sendiri mungkin motivasi kamu untuk menabung kurang begitu kuat. Namun, kalau ikut komunitas, kamu bakal menemukan support system yang menyemangati kamu untuk disiplin menabung.

Memang uang bukanlah segalanya untuk ikut Dhammayatra. Kamu bisa saja sudah mengumpulkan uang yang cukup, tapi karena satu dan lain hal, kamu batal pergi. Selalu ada hal-hal di luar kendali kamu yang bisa saja terjadi, dan kamu harus siap menerimanya.

Makanya, saat selesai mentransfer deposit, saya berkata pada diri saya sendiri bahwa saya mungkin saja gagal berangkat ke India. Ini membikin batin saya lebih tenang. Saya jadi bisa lebih berdamai dengan keadaan, terutama kalau yang terburuk yang terjadi.

Biarlah semua hal yang berada di luar kendali saya berjalan sebagaimana adanya. Tugas saya hanya menyiapkan segalanya sebaik mungkin, karena itulah satu-satunya hal yang berada di dalam kendali saya.

Jadi, kalau kamu memang sudah punya tekad untuk Dhammayatra ke India tahun depan maka mesti dari sekarang kamu menabung. Kalau memang situasinya mendukung, kamu sangat mungkin menjejakkan kaki di sana.

Semoga tekadmu terpenuhi.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun