Meskipun terkesan lebih aman, namun nyatanya cara itu malah membikin biaya yang harus saya bayar jadi sedikit lebih mahal. Sebab, prediksi saya bahwa kurs Dollar bakal turun di bulan Mei ternyata meleset. Bukannya turun, kurs Dollar malah "lari" hingga menyentuh Rp 16.400!
Pada waktu itu, saya sempat ketar-ketir, takut kalau nanti dia tembus Rp 17.000. Kalau sampai terjadi maka saya mesti menyiapkan uang ekstra untuk pelunasan.
Namun demikian, untungnya "drama" tadi berakhir dengan cukup baik. Semua biaya lunas sekitar bulan Agustus.Â
Berikutnya saya tinggal menyiapkan uang saku. Saya membikin anggaran 2000 rupee (setara Rp 400.000) per hari. Artinya habis atau tidak, sebesar itulah jatah yang saya siapkan.
Cara itu saya pakai agar saya menggunakan uang dengan bijaksana dan efisien. Karena hampir semua kebutuhan sudah terpenuhi dari biaya sebelumnya, maka uang saku itu lebih banyak saya gunakan untuk berdana. Memang saya sudah ada niat, kalau saat saya berkunjung, hati saya ada dorongan untuk berdana, maka saya akan langsung melakukannya.
Jadi, jika ditotal maka uang saku yang saya bawa sebesar 22.000 rupee (Rp 4.400.000).
Dari situ terlihat bahwa biaya travel plus uang saku yang harus saya siapkan mencapai hampir Rp 40 juta. Menurut saya, itu adalah biaya yang wajar (bahkan "murah" kalau kamu berencana pergi 5 tahun lagi karena kurs Dollar mungkin sudah berkisar Rp 17-18 ribuan).
Kemudian, kalau kamu ingin berangkat Dhammayatra ke India, bagaimana cara mengumpulkan uangnya? Oke, sekarang kita masuk ke pembahasan yang lebih teknis.
Saya pergi ke India dengan menggunakan uang pribadi. Tidak pakai kartu kredit atau pinjol atau paylatter. Tidak minta sama orangtua. Tidak juga gadai sertifikat segala. Semuanya murni hasil usaha dan investasi yang saya lakukan.
"Kendaraan" saya dalam melakukan investasi adalah saham. Pada tahun lalu, investasi saham saya cukup menguntungkan, sehingga sebagian keuntungannya saya jadikan modal untuk ber-Dhammayatra ke India. Meskipun keuntungan tadi belum bisa menutupi keseluruhan biaya perjalanan saya, namun setidaknya aset saya tidak berkurang. Suatu hari nanti mungkin saja saya bisa jalan-jalan ke luar negeri dibiayai seluruhnya dari dividen yang saya peroleh.
Tentu saja, cara itu hanya boleh dipakai kalau kamu paham investasi saham. Memang investasi saham bisa mempercepat bertumbuhnya uang kamu, tapi di sisi lain, ada risiko besar yang mungkin kamu alami kalau kamu salah ambil keputusan investasi. Jadi, jangan sampai, kamu malah rugi karena harus cutloss buat bayar biaya perjalanan.