Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

The Wild Robot, Cerita Luapan Kasih "Ibu" yang Melampaui Sekat Teknologi

14 Oktober 2024   10:00 Diperbarui: 14 Oktober 2024   13:18 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Wild Robot (Dok Universal Pictures Intern. Germany GmbH) 

Film bertema "terdampar" memang mempunyai kisah yang menarik. Sebut saja film Cast Away (2000) dan Triangle of Sadness (2022) yang sempat saya tonton beberapa waktu yang lalu. 

Kedua film tersebut tak hanya menyajikan kisah yang sulit ditebak, tapi juga memuat pesan moral yang mampu melekat di benak. Dengan menontonnya kita jadi "diingatkan" bahwa hidup bisa berubah seketika tatkala terjadi sesuatu yang berada di luar kendali kita.

Hal yang sama juga saya rasakan sewaktu menyaksikan film The Wild Robot. Jujur saja film ini amat berbeda dengan dua judul film yang saya sebutkan sebelumnya. Pasalnya tokoh utamanya bukanlah manusia, tapi sebuah robot yang terdampar di sebuah pulau yang hanya dihuni oleh sejumlah hewan.

Robot itu bernama "Roz" (Lupita Nyong'o). Pada suatu hari, Roz mandapati dirinya berada di sebuah pulau yang masih alami (baca: liar). Sebagai robot yang dirancang untuk melayani manusia, awalnya ia sempat merasa "jetlag".

Betapa tidak, di pulau tersebut tidak ada satu orang pun yang bisa dilayaninya. Yang ada hanya sekumpulan hewan usil yang kerap mengganggunya. Alhasil, Roz yang ramah dan serbabisa pun dianggap sebagai "monster" dan diasingkan sedemikian rupa oleh "warga sekitar".

Karena dilengkapi oleh kecerdasan buatan maka Roz belajar beradaptasi. Dia belajar bahasa hewan agar dia bisa berkomunikasi dengan mereka.

Namun, hal itu tetap tidak membuatnya diterima. Sampai, suatu ketika, Roz mempunyai "anak" yang bernama "Brightbill" (Kit Connor).

Brightbill adalah anak angsa yang diadopsi Roz setelah kedua orangtuanya tewas secara tidak disengaja akibat Roz berkelahi dengan seekor beruang Grizzly.

Karena Roz belum pernah jadi seorang ibu sebelumnya, dia dibantu oleh Fink (Pedro Pascal) untuk membesarkan Brightbill. Fink adalah seekor rubah licik yang awalnya berniat memangsa Brightbill.

The Wild Robot/ Sumber: https://www.universalpictures.co.uk/micro/wild-robot
The Wild Robot/ Sumber: https://www.universalpictures.co.uk/micro/wild-robot

Namun, sejak berteman dengan Roz, niatnya luntur dan dia malah bersedia mengasuh Brightbill dengan sepenuh hati. Maka jadilah robot, predator, dan mangsanya itu hidup bersama di sebuah gubuk yang dibuat Roz.

Ada tiga tugas utama yang mesti diselesaikan oleh Roz. Yang pertama mengajarkan Brightbill mencari makan. Yang kedua mengajarkannya berenang. Yang ketiga mengajarkannya cara terbang. 

Begitu ketiga tugas tersebut selesai, maka misi Roz sebagai "orangtua" selesai dan dia bisa membiarkan Brightbill hidup mandiri bersama kawanan angsa lainnya.

Apakah Roz sukses menuntaskan misinya?


Visual yang Memanjakan Mata

Saya kira, kekuatan film ini bukan cuma jalan ceritanya, tapi juga visualnya. Harus saya akui, visual yang ditampilkan begitu memikat dan mempesona.

Keindahan sebuah pulau yang jadi latar utama film ini digambarkan dengan begitu detail. Juga hewan-hewan yang menghuninya semuanya ditampilkan dengan begitu menggunakan menggemaskan.

Makanya kinerja Chris Sanders di kursi sutradara patut diacungi dua jempol. Dia mampu "memainkan" cerita dengan begitu apik dan mengeksekusi setiap adegan dengan efisien. Saya rasa tidak ada satu adegan pun yang non-fungsional dan bertele-tele.

Soal musik? Terasa pas. Entah mengapa tiap lagu yang dipilih begitu menyatu dengan adegan di dalam film. Saya ikut menjiwai lirik-lirik lagunya sehingga tanpa terasa ikut merasakan emosi di dalamnya.


Kandidat Oscar 2025?

The Wild Robot bukanlah film animasi pertama yang dibesut oleh Chris. Empat belas tahun lalu dia pernah menangani How to Train YourDragon, yang juga termasuk film animasi bukan kaleng-kaleng.

Hanya bedanya, The Wild Robot lebih bagus ketimbang How to Train Dragon. (Buktinya, IMDB berani kasih ratting 8,5 untuk The Wild Robot, sementara How to Train Dragon 8,1.)

How to Train Dragon sempat masuk nominasi Oscar, tapi tidak menang. Mungkin kali ini cerita bisa lain. Sebab, dengan kualitas yang baik, bukan mustahil The Wild Robot melebihi pencapaian "kakak"-nya tersebut: bukan cuma meramaikan nominasi di kategori animasi, melainkan memenangkan Oscar pada 2025! Kita tunggu saja ceritanya.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun