Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Diajak Teman Berbisnis Bareng? Inilah Beberapa "Catatan Krusial"-nya

5 Agustus 2024   10:00 Diperbarui: 5 Agustus 2024   14:16 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Image by snowing/Freepik

Kebanyakan bisnis yang baru dirintis bisa bubar lebih awal karena berbagai alasan, entah karena mismanajemen, salah target pasar, atau apapun. Yang jelas, apabila hal itu sampai terjadi, siapkah kamu kehilangan seluruh uang yang kamu tanamkan di bisnis tersebut? Kalau kamu tidak siap, maka sebaiknya kamu "menganulir" niat kamu untuk berbisnis dengan teman kamu tersebut.

Memakai "uang dingin" sebagai modal berbisnis tidak hanya akan membuat keuangan kamu tetap aman, tapi juga menjaga "tali persahabatan" antara kamu dan temanmu tetap erat. Pasalnya, sudah cukup sering saya dengar cerita bahwa pertemanan yang dijalin sekian tahun ikut bubar hanya karena bisnis yang dijalankan bersama-sama harus bubar. Dalam situasi tersebut, biasanya terjadi perselisihan yang panjang antarteman, yang bahkan bisa menyeret pihak-pihak tersebut ke "meja hijau".

Tentu saja "skenario" itu bukanlah hal yang diinginkan, tapi bukan berarti itu tidak akan bisa menimpa kamu dan temanmu. Tidak ada yang pasti di dunia ini. Jadi, ketimbang hal itu terjadi kepadamu dan kamu harus kehilangan teman gegara perkara bisnis, maka sejak awal, kamu harus memakai "uang dingin", yang kamu ikhlas akan lenyap suatu saat nanti agar kamu cuma akan kehilangan uang dan bukan keduanya.

Yang ketiga kurangi ego. Baiklah kawan-kawan sekalian, sampailah kita pada catatan akhir dari artikel ini. Meski begitu, mungkin di antara dua catatan yang sudah saya bahas sebelumnya, inilah yang cukup rumit dijelaskan sebab karakter masing-masing investor itu berbeda. 

Saya tidak berani "pukul rata" bahwa semua investor itu kalem dan pasif karena ada juga investor yang dominan, yang agresif dan maunya menang sendiri. Namun, yang jelas, berbisnis bersama teman itu tidak cuma soal menangani operasional usaha, tapi juga soal mengelola ego masing-masing.

Sebagai investor, kamu harus mampu menghormati opini orang lain. Jangan egois. Semua itu dilakukan demi keutuhan sebuah bisnis. Saya sudah sering mendengar cerita tentang pecah kongsi antarinvestor di dalam sebuah bisnis. Kamu pun mungkin pernah mendengarnya juga di sekitar kamu. Jadi, sebetulnya bisnisnya berjalan baik-baik saja, tapi karena investornya tidak akur, maka terjadilah perpecahan. 

Tentu saja hal itu akan sangat disayangkan, sebab hal itu bisa mempengaruhi kinerja bisnis. Bisnis yang tadinya berlangsung lancar bisa jadi seret hanya karena para investornya tidak mampu mengendalikan egonya sendiri-sendiri.

Kawan-kawan sekalian, tidak ada rumus baku dalam mengelola ego. (Kalau ada, tentu tidak akan muncul kisah pecah kongsi yang dramatis seperti dibahas sebelumnya.) Yang jelas, kita tidak akan pernah bisa mengendalikan ego orang lain. Sedekat apapun hubungan kamu dengan orang tersebut, kamu harus menerima kenyataan bahwa dia mempunyai pemikiran dan pandangannya sendiri, yang tidak bisa kamu ubah sesuka hatimu.

Yang bisa kamu kendalikan adalah egomu sendiri. Kamu memiliki kuasa penuh untuk mengelola egomu sendiri, dan membuat keputusan yang bijaksana demi kepentingan bersama, supaya bisnis yang kamu jalankan dengan temanmu tetap utuh dan tumbuh.

Saya kira itu saja dulu catatan-catatan krusial yang bisa saya sampaikan. Sebetulnya masih ada catatan-catatan lain, yang sayangnya belum bisa saya bahas karena artikel ini sudah lumayan panjang. Saya mengapresiasi kamu karena sudah bersedia membaca artikel ini sampai tuntas. Terima kasih.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun