Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Penyesalan Itu Bernilai Lebih dari Rp71 Miliar

15 Juli 2024   10:00 Diperbarui: 15 Juli 2024   11:27 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu mungkin sudah mendengar kabar tentang seorang influencer saham berinisial ARR yang gagal mengelola dana investasi dari para kliennya. Kamu mungkin juga agak kaget bahwa nilai dana investasinya ternyata cukup besar, yakni lebih dari Rp 71 miliar. 

Kamu mungkin bertanya-tanya, "Mengapa ada orang yang mau dan nekat menitipkan dana sebesar itu kepada seseorang yang jelas-jelas bukan manajer investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan?"

Sebelum kita mengupas topik ini lebih lanjut, kamu sebaiknya mengulas kembali fenomena "influencer saham dadakan", yang banyak bermunculan beberapa tahun terakhir. Semua itu sebetulnya mulai terjadi pada era covid. Kalau kamu sudah berinvestasi saham sejak lama, maka kamu tahu bahwa pada tahun 2020, pasar saham Indonesia sempat mengalami crash yang sangat besar.

Saya ingat, pada bulan Maret, begitu Pandemi Covid-19 diumumkan dan ada banyak negara melakukan "lockdown", termasuk Indonesia, IHSG ambruk. Saya melihat, hampir setiap hari IHSG mengalami Auto Reject Bawah. Saham-saham bigcap seperti BBCA, BBRI, UNVR, HMSP, dan TLKM, jatuh bergelimpangan hingga lebih dari 10% hampir setiap hari (bisa kamu bayangkan betapa mencekamnya situasi market pada waktu itu!).

Jelang akhir tahun 2020 IHSG mulai mantul. Dari level 3900, IHSG pelan-pelan naik ke 5000 dan 6000. Kenaikan sebesar itu jelas menunjukkan euforia. Orang-orang yang menyebut dirinya ahli saham pun bermunculan. 

Mereka sebetulnya bukanlah "bintang" sebelum era Covid-19, tapi pas pandemi, mereka seolah mendapat "panggung". Berbagai macam rekomendasi saham pun disiarkan, dan orang-orang yang terkena FOMO pun mendengarkan dan mengikutinya.

Hasilnya? Tentu saja untung. Sebab, dalam situasi market yang sedang euforia, saya rasa, siapapun bisa memetik keuntungan yang besar (Saya pun juga mengalaminya lhoo, tapi saya enggak ikut rekomendasi influencer saham tersebut, sebab saya melakukan analisis sendiri). Akibatnya, influencer tadi mendadak jadi seorang "selebriti", dan kata-katanya senantiasa didengar.

Hal itulah yang memungkinkan influencer ARR tadi bisa meyakinkan orang lain untuk menitipkan uangnya untuk dikelola. Gegara literasi keuangan yang rendah, maka orang-orang percaya begitu saja (Buktinya, ARR sanggup menghimpun dana puluhan miliar dari masyarakat dalam waktu beberapa tahun saja). Tidak ada investigasi sebelumnya. Tidak ada pengecekan sebelumnya. Semua dana tadi bebas dikelola oleh ARR tanpa diawasi.

Semuanya berjalan baik-baik saja, sampai kemudian timbul berita miring dan semuanya terbongkar. Kelanjutannya bisa kamu baca di internet, tapi saya menekankan bahwa kasus seperti itu sudah cukup sering terjadi.

Ingat kasus robot trading yang juga sempat bikin heboh? Ingat kasus influencer saham yang "menjagal" member komunitasnya karena dia jualan saham yang direkomendasikannya terlebih dulu tanpa memberi tahu membernya, dan begitu berita tadi diketahui, harga sahamnya langsung terjun bebas sehingga membernya menanggung kerugian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun