Harga sebungkus nasi pecel 20.000, dan saya membayarnya dengan uang 50.000. Kembaliannya 30.000. Namun, sayangnya, saya tidak dikasih uang pecahan kecil, macam seribuan atau dua ribuan.
Saya kemudian kembali ke kios es kelapa, dan memberikan uang 10.000. Si ibu tadi tetap tidak punya uang kembalian, dan sebagai gantinya, es kelapa saya ditambah biar pas seharga 10.000.
Mungkin cerita tadi terkesan "sepele". Namun, gegara tidak adanya uang kembalian, maka lihatlah, saya akhirnya jadi berbelanja lebih banyak daripada seharusnya!
Tantangan Menjalin Konektivitas Sistem Pembayaran ASEAN
Cerita di atas mungkin tak akan terjadi kalau saja pelaku UMKM di sekitaran Borobudur sudah melek transaksi elektronik. Demi mempermudah transaksi, rasa-rasanya perlu dilakukan penyuluhan dan pembinaan terhadap pelaku UMKM di sana, mengingat di Borobudur seringkali diadakan berbagai event besar, yang mampu menarik kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, sehingga permintaan pembayaran memakai QR Code tentu cukup tinggi.
Hal itu tentu menjadi "pekerjaan rumah" yang mesti dibenahi pemerintah, terlebih Bank Indonesia, yang ingin mewujudkan konektivitas sistem pembayaran di negara-negara ASEAN.
Konektivitas sistem pembayaran adalah salah satu proyek yang tengah digarap oleh Bank Indonesia bersama bank sentral di negara ASEAN lainnya. Tujuan proyek ini jelas, yakni supaya setiap transaksi yang dilakukan antarwarga negara ASEAN jadi lebih aman, cepat, dan murah.
Alhasil, jika konektivitas ini nanti sepenuhnya terwujud, maka begitu bepergian ke negara-negara ASEAN, kita tak usah lagi repot-repot ke money charger. Sebab, transaksi di merchant masing-masing negara bisa dilakukan menggunakan scan QR Code saja.
Sampai tulisan ini dibuat, sudah ada 5 bank sentral dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina, yang menandatangani memorandum of understanding (mou) untuk membangun "arsitektur" konektivitas tersebut. Negara lainnya menyusul kemudian.
Konektivitas tersebut boleh jadi merupakan sebuah katalis positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya yang berasal dari sektor pariwisata. Maklum, dari data yang dirilis BPS, terlihat jumlah wisatawan dari negara ASEAN terus bertambah secara year on year, terutama sebelum Covid.
Jumlah Kunjungan Wisatawan Negara ASEAN
2015 = 3.794.441
2016 = 3.817.503
2017 = 4.524.646
2018 = 5.453.330
2019 = 6.157.190
2020 = 1.521.447
2021 = 528.226
2022 = 2.408.098