Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Cermin Sejarah" di 3 Museum Monumental Jakarta

17 Agustus 2022   10:00 Diperbarui: 17 Agustus 2022   10:02 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Trip/Sumber: Dokumentasi Adica

Menaksir nilai sebuah properti terkadang bukan hal yang mudah dilakukan. Apalagi kalau itu adalah properti yang "menyimpan" cerita sejarah. Nilainya mungkin tak ternilai.

Gedung Joang 45 termasuk salah satunya. Dari jejak sejarahnya, gedung tersebut dulunya adalah sebuah hotel. Hotel ini dibangun dan dikelola oleh pengusaha asal Belanda bernama L.C Schomper pada tahun 1939. Maka, jangan heran hotel ini kemudian diberi nama sesuai dengan nama pendirinya, yakni Hotel Schomper.

Gedung Joang 45/Sumber: Dokumentasi Adica
Gedung Joang 45/Sumber: Dokumentasi Adica

Meski begitu, sayangnya bisnis hotel yang dimiliki oleh Schomper cuma bertahan sebentar saja. Begitu Jepang masuk menjajah Indonesia, hotel ini direbut dan diambil alih.

Pada masa penjajahan Jepang, tempat tersebut kemudian berubah menjadi sebuah asrama yang dinamakan Asrama Angkatan Baru Indonesia atau Asrama 31. Tak hanya tempat tinggal, asrama itu juga berfungsi menjadi "markas" bagi para pemuda aktivis pro-kemerdekaan.

Mereka di antaranya adalah Sukarni, Chaerul Saleh, A.M. Hanafi, dan Adam Malik. Di sanalah mereka kerap bertemu dan berdiskusi menyiapkan kemerdekaan RI.

Pemuda Aktivis Pro-Kemerdekaan RI/Sumber: Dokumentasi Adica
Pemuda Aktivis Pro-Kemerdekaan RI/Sumber: Dokumentasi Adica
Sewaktu saya berkunjung ke sana bersama teman-teman dari Wisata Kreatif Jakarta dan Koteka Kompasiana, saya melihat bahwa meski usianya sudah lebih dari 80 tahun, tapi bangunannya masih terawat dengan baik.

Suasana Trip/Sumber: Dokumentasi Adica
Suasana Trip/Sumber: Dokumentasi Adica
Ciri khas arsitektur Belanda masih bisa dilihat di dalamnya, seperti atapnya yang tinggi, jendelanya yang terbuat dari kayu, dan ornamen-ornamen di dalamnya yang sangat "kolonial". 

Meski begitu, wujudnya sebagai hotel atau asrama sudah tak lagi terlihat dengan jelas, mengingat sekarang fungsinya telah berganti menjadi museum, yang di dalamnya tersimpan koleksi benda-benda tempo dulu, seperti lencana, foto-foto hitam putih, dan replika kapal perang.

Koleksi di Gedung Joang/Sumber: Dokumentasi Adica
Koleksi di Gedung Joang/Sumber: Dokumentasi Adica
Tempat lain yang juga memuat memori tentang kemerdekaan Indonesia adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Lokasinya sebetulnya tak begitu jauh dari Gedung Joang 45, bisa ditempuh sekitar 10 menit dengan bermobil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun