Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"How Are You, Really?", Cerita tentang 1 "Luka" dari 2 Kasus Perselingkuhan

17 Juli 2022   14:06 Diperbarui: 17 Juli 2022   14:15 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film How Are You, Really/sumber: https://m.jpnn.com/

"Mengapa cewek itu sering bersikap seolah semuanya baik-baik saja, padahal kondisinya sedang tidak baik-baik saja?"

Namanya Mirah (Jihane Almira). Ia adalah pemilik toko bunga yang ramah. Kepada setiap pengunjung yang datang ke tokonya, ia kerap menyambutnya dengan senyuman yang manis. Tak ada sedikit pun perbedaan sikap yang diperlihatkannya. Semua orang diperlakukan sama. Bahkan, kepada orang yang menyakiti hatinya sekalipun, ia tetap bersikap demikian!

Tak jauh dari toko Mirah ada studio tato milik Rendra (Jeff Smith). Berbeda dengan Mirah yang selalu tampil rapi dan anggun, gaya berpakaian Rendra cenderung urakan, hanya mengenakan tank top dan celana jeans yang sudah sobek-sobek dalam kesehariannya. Gaya berpakaian tadi jelas membikin tubuhnya lebih terbuka, sehingga kita bakal melihat banyak tato di tubuhnya. Hampir semua tato tadi dibuat sendiri olehnya.

Mirah dan Rendra jelas punya kepribadian yang bertolak belakang. Yang satu berpembawaan kalem, yang satu lagi cenderung "cadas". Yang satu bertutur kata dengan lembut, yang satu lagi bisa berkata-kata kasar tatkala tersulut amarah. Alhasil keduanya bak siang dan malam.

Meski begitu, bukan berarti keduanya tak bisa berteman. Karena jarak antartokonya berdekatan, maka mereka saling berkunjung satu sama lain, dan dari situlah pertemanan mereka terjalin.

Rendra tahu Mirah sudah bersuami. Ia juga tahu kalau suaminya Mirah telah berselingkuh secara diam-diam di belakangnya. Sebagai teman, ia sudah mencoba memberi tahu dan memperingatkan Mirah atas perselingkuhan suaminya. Meski bukan siapa-siapa, namun ia merasa peduli, karena setiap melihat kondisi Mirah, ia jadi teringat pada cerita masa lalu keluarganya sendiri. Sebuah cerita yang sebetulnya ingin dienyahkannya dari ingatannya!

Sutradara dan Pemain Film How Are You, Really/sumber: https://www.kompas.com
Sutradara dan Pemain Film How Are You, Really/sumber: https://www.kompas.com

Sekilas film "How Are You, Really?" mengingatkan saya pada Drama Korea "The World of The Married". Drama yang "booming" pada masa pandemi tersebut memang menguras emosi.

Betapa tidak, isu seputar pernikahan memang cukup sensitif. Lewat drama tersebut, semua orang jadi bisa "berkaca" tentang kehidupan pernikahan yang penuh lika-liku. Bagi yang sudah menikah, drama tadi bisa menjadi sarana introspeksi. Sementara, bagi yang masih lajang, jadi tahu bahwa tak selamanya kehidupan pernikahan itu indah layaknya cerita di ftv.

Meski begitu, film "How Are You, Really?" dan "The World of The Married" jelas memiliki "semesta" yang berbeda. Karena formatnya drama dengan 16 episode, maka "The World of The Merried" jelas mempunyai cukup ruang untuk mengeksplorasi setiap karakter yang berperan di dalamnya.

Lewat jalinan adegan yang ditampilkan, kita jadi bisa mengetahui sejarah, serta memahami emosi pada masing-masing karakter, sehingga nyaris tak ada tanda tanya yang muncul di benak penonton tentang latar hidupnya tersebut.

Beda dengan "How Are You, Really?". Durasi yang ditampilkan film ini terbilang sangat pendek, sekitar 60 menit, sehingga sejarah hidup tiap-tiap karakternya tidak cukup terekspose dengan maksimal.

Kita cuma bisa mengetahui cerita masa lalunya lewat cuplikan adegan yang sangat singkat, sehingga hal itu masih menyisakan pertanyaan yang tidak sempat terjawab:

Mengapa Mirah menikah dengan suaminya? Apakah selama mereka berpacaran, Mirah tidak "mencium" gelagat bahwa suaminya adalah tipe peselingkuh atau "playboy"? Juga soal Rendra, jika memang ia memihak dan menyayangi ibunya, mengapa selama bertahun-tahun, ia enggan mengangkat telepon dan menolak berbicara dengan ibu-nya yang jelas-jelas "nrima" diduakan? Sederet pertanyaan itulah yang membikin jalan cerita film ini serbatanggung.

Meski begitu, film ini menyisipkan sebuah "muatan lokal" yang menarik dibahas, yakni sikap "Nrima". "Nrima" adalah falsafah Jawa yang membumi. Sesuai namanya, falsafah ini ditandai dengan sikap lapang dada dalam menghadapi segala macam kejadian (terutama yang buruk) yang dialami dalam hidup.

Sekilas sikap ini mirip dengan pasrah, tapi sejatinya "Nrima" lebih daripada itu. Sebab, orang bersikap "Nrima" biasanya iklas menerima semua yang terjadi, dan terus menjalani hidup sesudahnya dengan penuh keberanian.

Sikap ini tampak dijiwai dengan baik oleh Jihane Almira. Latar belakangnya sebagai kontestan Puteri Indonesia dari Jawa Tengah membuatnya mampu memahami dan meresapi sikap "Nrima" tersebut.

Jelas tidak mudah memang mengekspresikan sikap "Nrima" di luar, sementara di dalam dirinya, hatinya seperti tercabik. Namun, jihane mampu menampilkan sosok wanita jawa yang mampu bersikap seolah semuanya baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak baik-baik saja.

Hal menarik lain ialah stigma negatif atas tato. Agaknya stigma ini memang sukar dihapus. Maklum, tato masih saja diasosiasikan dengan berbagai hal yang berbau negatif. Lelaki yang bertato kerap dipersepsikan sebagai "orang jahat", sementara perempuan yang bertato sering dikesankan sebagai "cewek nakal".

Hal itulah yang membikin orang yang tubuhnya penuh tato seperti Rendra acapkali dituduh yang bukan-bukan. Contohnya, ia pernah dituduh mencuri hp milik kasir minimarket, padahal kenyataannya tidak demikian. Makanya tidak mudah jadi berbeda. Tidak gampang menjalani hidup sebagai Rendra.

Stigma inilah yang agaknya coba digerus oleh Sutradara Hanny Saputra. Menurut Hanny, orang membikin tato sesungguhnya sebagai wujud ekspresi diri, tidak ada sangkut-pautnya dengan hal negatif tertentu. Makanya, orang yang bertato belum tentu orang jahat, dan sebaliknya orang yang jahat belum tentu bertato.

Secara keseluruhan, film ini sejatinya memuat cerita sederhana. Cerita sederhana yang membikin kita bertanya-tanya. Tentang arti sebuah pernikahan. Tentang makna sebuah kesetiaan. Tentang hubungan sebuah keluarga. Dan, terlebih, tentang perasaan masing-masing. Saya cukup beruntung menyaksikannya di event KOMik kemarin. Event KOMiK tersebut bekerja sama dengan Cinemags dan nonton film "How Are You, Really?" di KlikFilm.

Salam.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun