Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Cerita Saya Berdagang Minyak Goreng

21 Maret 2022   07:00 Diperbarui: 21 Maret 2022   11:25 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minyak Goreng/Sumber: kompas.com

Hal ini belum termasuk praktik ilegal lain, seperti penyelundupan minyak sawit ke luar negeri. Penyelundupan ini terjadi lantaran harga minyak sawit di pasaran luar negeri lebih tinggi ketimbang di dalam negeri.

Maklum, beberapa waktu sebelumnya, pemerintah menerapkan kebijakan DMO terhadap minyak sawit, yang memaksa produsen untuk menjual produknya untuk pasar dalam negeri dalam jumlah yang lebih banyak dan harga yang lebih rendah. Kebijakan ini tentu saja tidak menguntungkan produsen, sebab produsen tidak bisa menikmati "cuan jumbo" dari naiknya harga sawit. Alhasil, jangan heran jika kasus penyelundupan minyak sawit meningkat di tengah krisis.

Alasan berikutnya, terjadi "panic buying" di tengah masyarakat. Fenomena ini memang agak aneh. Sebab, biarpun harga minyak goreng sudah disetarakan jadi Rp 14 ribu per liter, namun tetap saja masyarakat antri berebut minyak goreng. Agaknya masyarakat khawatir jatah minyak goreng murah bakal cepat habis, dan hal ini memicu aksi "panic buying".

Apalagi dalam waktu dekat, akan masuk bulan puasa. Pada bulan puasa, kebutuhan atas minyak goreng biasanya meningkat dan harganya bakal jadi lebih mahal. Demi mengantisipasi hal tersebut, orang-orang kemudian memborong banyak minyak goreng selagi harganya masih murah. Alhasil, distribusi minyak goreng jadi tidak merata, dan berdampak pada meningkatnya harga minyak goreng.

Setelah Subsidi Dicabut

Akhirnya, setelah melakukan sejumlah upaya, pemerintah resmi mencabut subsidi minyak goreng pada 16 Maret kemarin. Minyak goreng yang tadinya dihargai Rp 14 ribu untuk kemasan 1 liter sontak melonjak menjadi 24-26 ribu! Artinya dalam hitungan hari saja, kenaikannya mencapai 90%!

Tentu saja hal ini menambah beban yang mesti dipikul rakyat, mengingat kenaikan harga minyak goreng juga diikuti oleh produk-produk lain, seperti kopi, gula, telur, tepung, dan sebagainya. Tak hanya ibu rumah tangga yang terdampak, para pedagang, terutama yang mengandalkan minyak goreng untuk membuat makanan, juga ikut "menjerit".

Sebut saja salah satu langganan saya, yang sehari-hari berjualan tahu bulat. Ia bercerita, meningkatnya harga minyak goreng terasa begitu membebaninya. Hal ini turut memperbesar ongkos produksinya.

Jika ongkos produksi membengkak, sementara harga tahu bulat tetap dijual sebesar Rp 500 per buah, maka hal itu tidak akan cukup menutupi biaya operasional usahanya. Alhasil, ia pun kemudian bingung terhadap keberlanjutan usahanya tersebut!

Kegalauan masyarakat, seperti yang dirasakan oleh langganan saya tersebut, sepertinya bakal berlanjut setidaknya sampai bulan puasa. Pada saat itulah harga minyak goreng bakal terus bertahan di harga atas, atau yang lebih parah, bertambah mahal daripada sebelumnya!

Oleh sebab itu, mulai sekarang, sebaiknya orang-orang mulai mengencangkan ikat pinggang atau mencari alternatif lain, yang bisa menggantikan minyak goreng dalam membuat makanan. Hal ini memang tidak mudah, tapi masih bisa diusahakan.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun