Gaya bahasa tersebut dirasa tepat. Sebab, seseorang mungkin akan malas membaca buku yang terkesan menggurui, tetapi ia tentu akan senang mendengar cerita.
Cerita bisa merefleksikan pengalaman yang pernah dialaminya. Maka, jangan heran, cerita yang ditulis Elin begitu mengena di hati, sehingga tidak jarang, pembacanya pun berpikir, "Eh kok cerita ini gue banget!"
Kedua, punya visual yang menarik. Tak melulu menampilkan kata-kata, buku ini juga menyajikan beberapa foto di dalamnya. Tentu saja, foto-foto tadi disajikan guna mendukung konten tulisan yang ditampilkan.
Walau begitu, jika dicermati dengan seksama, maka kita akan menemukan bahwa foto-foto tadi mempunyai nuansa yang hangat.
Foto-foto seperti secangkir kopi, pemandangan alam, dan keluarga, bisa mencairkan pembahasan persoalan karier yang terkesan berat dan dingin. Alhasil, biarpun sejatinya berat, namun dengan melihat visual buku ini, persoalan tadi mungkin terasa begitu enteng.
Ketiga, bisa dimulai dari mana saja. Buku ini memuat 20 cerita, tetapi kita bisa membacanya dari bab yang mana saja yang kita suka.
Kita bisa mulai dari bab awal, tengah, atau bahkan akhir, karena memang tidak ada alur yang linear, layaknya novel. Alhasil, cerita-cerita di dalamnya lebih mirip prasmanan, yang bisa dipilih dan disantap sesuka hati.
Keempat, berhadiah kopi. Berbeda dengan buku-buku pada umumnya, pembelian buku ini ternyata berisi hadiah berupa Kopi Sidikalang 200 gram. Kehadiran kopi ini bisa jadi teman yang asyik dalam membaca. (untuk pemesanan, silakan kunjungi link berikut: https://bit.ly/BukuSegelasKopi)
Kelima, untuk donasi. Royalti yang didapat atas penjualan buku juga bakal disumbangkan ke Wahana Visi Indonesia. Jadi, dengan membeli buku ini, selain menambah wawasan, maka kita juga dapat ikut berkontribusi di bidang pendidikan.
Persoalan karier boleh disebut sebagai sebuah keniscayaan. Persoalan semacam ini bakal terus muncul kapan pun dan di mana pun, mulai dari organisasi yang kecil hingga yang besar.