2. Berinvestasi karena Ikut-ikutan Orang Lain
Membeli saham atas rekomendasi orang lain adalah sebab lainnya. Alasannya? Belum tentu orang tersebut kompeten dan jujur. Bisa saja, ia menjual rekomendasi saham untuk meraup keuntungan pribadi. Orang yang seperti itu jelas tidak menghasilkan kekayaan dari investasi saham, tapi dari jualan rekomendasi.
Makanya, sejak dulu, saya enggan ikut jadi member komunitas investor yang berbayar atau yang gratis sekali pun. Alasannya sederhana saja. Member yang terdapat di dalamnya sama-sama tidak pernah bisa membaca atau bahkan memprediksi harga pasar. Yang ada justru mereka malah berdebat tentang analisis siapa yang paling benar.
Perdebatan demikian tentu tidak ada gunanya, apalagi kalau ada member yang rajin tebar fear. Member ini memang senang menyampaikan berita buruk yang mungkin terjadi, sehingga investor yang belum berpengalaman jadi terpikir dan dibuat cemas oleh berita tersebut. Jika terus dijejali oleh berita demikian, bagaimana tidak jadi grogi?
3. Ragu terhadap Analisis Sendiri
Bisa saja, investor melakukan analisis secara mandiri. Ia membaca laporan keuangan, mengikuti public expose, dan menyimak berbagai berita dari berbagai sumber yang bisa dipercaya. Namun, karena belum punya jam investasi yang tinggi, maka ia masih mungkin mengalami rasa grogi.Â
Perasaan itu bisa muncul jika ia masih ragu atas analisis yang dilakukannya. Jangan-jangan gue salah analisis? Kok harga sahamnya masih di situ-situ saja, padahal menurut analisis gue, harusnya sih sudah to the moon!
Untuk kasus seperti ini sebetulnya tidak ada solusi instan yang bisa diambil. Sebab, obat-nya ialah dengan menambah jam investasi. Ini artinya investor mesti lebih banyak belajar dari pengalaman. Ia mesti bertahan selama mungkin di pasar saham, melakukan evaluasi atas keputusan investasi, dan mengambil hikmah atas kesalahan investasi yang diperbuatnya. Alhasil, seiring dengan berjalannya waktu, pengetahuannya bakal bertambah dan rasa grogi bisa teratasi dengan sendirinya.
Dalam berinvestasi saham, selain keterampilan mengelola dana, manajemen emosi juga perlu dikuasai. Sebab, percuma memiliki dana yang berlimpah, tapi kalau investor mempunyai manajemen emosi yang buruk, maka dana tersebut akan berkurang karena terlalu sering cutloss.
***
Merasa grogi terhadap pergerakan harga saham adalah sesuatu yang wajar terjadi. Saya kira, hampir semua investor pernah mengalami perasaan tersebut. Perasaan tersebut tersebut sebetulnya tidak jadi masalah, asalkan tidak sampai mempengaruhi keputusan berinvestasi saham.