Namun, sayangnya, pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun 2020 lalu mengubah penilaian saya. Sejak Covid-19 merebak di Indonesia, pasar saham runtuh. Saham DMAS saya pun demikian. Alhasil, pada pertengahan tahun 2020, saya merugi 40% dari saham DMAS.Â
Saya kemudian melihat situasi dan membaca sejumlah berita dan menyimpulkan bahwa sektor properti bakal terdampak begitu parah akibat pandemi Covid-19. Alhasil, saya memandang bahwa akan sangat sulit bagi saham DMAS saya untuk kembali ke harga saya beli.
Pada kesempatan yang sama, saya juga menemukan saham lain yang bagus. Saya tertarik membelinya, mengingat sektor usahanya mampu bertahan di tengah pandemi.
Karena tidak punya cukup uang, maka saya menjual semua saham DMAS saya. Saya melakukan cut loss, meskipun saya tahu bahwa saham baru yang saya pilih belum tentu bakal memperlihatkan kinerja yang baik.Â
Namun, saya kira, saya mesti ikhlas mengalami kerugian, dan siap mengambil kesempatan lain. Hasilnya? Saya tidak pernah menyesalinya.
Berkat keputusan tersebut, saya tak hanya bisa mengurangi kerugian, tapi juga bisa memperoleh keuntungan. Mungkin itu adalah "cut loss terindah" dalam investasi saya, tentu bukan sebagai sesuatu yang mesti sering diulang, tetapi lebih layak dikenang sebagai sebuah pelajaran yang berharga.
Salam
Referensi:Â Tempo
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI