Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

KOMODO, "Jurus Sakti" Beli Properti tanpa DP

29 Maret 2021   07:00 Diperbarui: 29 Maret 2021   07:07 2497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sakit tak hanya membuat kita bisa rehat sejenak dari pekerjaan, tetapi juga menyediakan kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru. Setidaknya itulah yang terjadi ketika saya terkena Covid-19 beberapa minggu yang lalu.

Penyakit yang berasal dari virus tersebut "sukses" memaksa saya menghentikan semua aktivitas yang biasanya dijalankan, sehingga saya hanya bisa berdiam di dalam rumah selama berhari-hari tanpa melakukan kegiatan yang berarti.

Tentu saja hal itu terasa begitu membosankan. Betapa tidak, rutinitas yang saya lakukan selama menjalani isolasi mandiri di rumah hanya berjemur, minum obat, dan tidur. Sungguh tidak produktif, bukan?!

Meski begitu, di sela istirahat, saya memutuskan mempelajari sesuatu yang baru. Saya pikir, ini jauh lebih baik daripada sekadar rebahan saja. Alhasil, saya jadi aktif berselancar di youtube. Siapa tahu saja saya menemukan konten yang bagus, yang bisa memperkaya wawasan saya.

Hasilnya? Saya malah "nyasar" ke akun youtube Pipo Hargiyanto. Disebut nyasar karena tanpa disengaja, sebuah konten yang berjudul "Strategi Beli 30 Properti Dimodalin Indomaret" muncul di lini masa pencarian, dan di situ, Pipo hadir sebagai narasumbernya. Karena merasa penasaran, saya pun menyimak isinya selama 2 jam dan menjadi "tergugah".


Dari situ, saya kemudian mengulik kanal youtubenya Pipo untuk mengetahui sejumlah "resep" lain tentang cara memiliki properti yang menghasilkan keuntungan. Penelusuran saya terasa tepat, karena saya menemukan beberapa konten yang mengupas secara lebih detail tentang "jurus" untuk mendapatkan properti yang bagus dengan "harga miring".

Saya kira, "jurus-jurus" yang disampaikan Pipo di kanal youtubenya terasa cukup membumi. Maklum, ia memang dikenal sebagai seorang investor properti yang sudah berpengalaman selama lebih dari sepuluh tahun. Alhasil, ilmu yang dibagikannya tentu bukan cuma teori semata, melainkan juga "kristalisasi" pengalaman yang sudah dilaluinya selama bertahun-tahun.

Nah, di antara sekian banyak pengalaman tadi, Pipo merumuskan semuanya ke dalam singkatan KOMODO.

KO adalah singkatan dari "Kerja Ogah". Maksudnya, Pipo senang berburu properti yang mempunyai potensi "passive income" yang bagus, sehingga ia tidak harus bekerja keras untuk membayar cicilannya. Nantinya properti itulah yang akan "membayar" dirinya sendiri.

MO adalah singkatan dari "Mengangsur Ogah". Maksudnya, income yang ditawarkan sebuah properti harus lebih besar dari angsuran.

Hal ini penting dicermati, sebab kalau incomenya lebih kecil dari angsurannya, maka pemiliknya harus nombok. Dalam jangka pendek, kekurangan tersebut mungkin masih bisa ditangani, tetapi dalam jangka panjang, hal itu mungkin saja akan membebani pemiliknya.

Oleh sebab itu, supaya menghasilkan income yang melebihi angsurannya, Pipo suka mengubah propertinya menjadi minimarket. Alasannya? Karena bisnis minimarket mempunyai stabilitasi keuangan yang baik dan menawarkan profit yang besar dalam jangka panjang.

Berdasarkan pengalamannya, minimarket yang dimilikinya rata-rata menghasikan Return on Investment (ROI) sebesar 18% per tahun. Angka ini tentu saja jauh lebih besar apabila ia hanya menggunakan propertinya sebagai kos-kosan.

Makanya, jangan heran kalau dengan return sebesar itu, ia tidak harus membayar angsuran bank, karena semuanya sudah terbayarkan oleh keuntungan yang diperoleh dari bisnis minimarketnya.

Kemudian, DO adalah singkatan dari "DP Ogah". Maksudnya, Pipo suka mencari properti yang undervalue, sehingga sewaktu di-acc oleh bank, nilai pinjaman yang bisa dicairkan lebih besar daripada harga propertinya.

Contohnya, katakanlah ada sebuah properti berupa ruko tiga lantai, yang dijual seharga 900 juta. Setelah ditelusuri, baru diketahui bahwa nilai pasaran ruko di wilayah tersebut adalah 1,5 miliar. Oleh sebab itu, terdapat selisih harga jual ruko tadi dengan harga pasaran sebesar 600 juta (1,5 miliar-900 juta).

Atas dasar itulah, bank kemudian berani memberikan kredit sebesar 1,2 miliar. Dengan demikian, Pipo bisa memperoleh properti tersebut tanpa harus mengeluarkan DP sama sekali!


Sekilas, "jurus" yang dibagikan Pipo terkesan mudah dipraktikkan. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Pipo sendiri mengamini hal tersebut. Menurutnya, strategi investasinya bukannya sama sekali bebas risiko. Risiko selalu ada, hanya saja cara mengelolanyalah yang bakal menentukan sukses-tidaknya investasi yang dijalankan.

Salah satu kesulitan yang mungkin ditemui saat seseorang mempraktikkan "resep" yang diajarkan Pipo ialah menemukan properti bagus yang undervalue. Properti seperti ini jumlahnya sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari.

Makanya, jangan heran, Pipo sampai berkata bahwa di antara 100 properti yang dijual, mungkin hanya terdapat 1 yang memenuhi kriterianya. Oleh sebab itu, mencari properti bagus dengan harga undervalue memang membutuhkan kegigihan tersendiri.

Meski begitu, kesulitan tadi bisa diatasi dengan bantuan teknologi. Sekarang tersedia beragam jenis aplikasi yang mempermudah seseorang untuk menemukan properti yang sesuai dengan kriteria. Alhasil, dengan memanfaatkan teknologi tersebut, upaya untuk mendapatkan properti bagus dengan harga yang undervalue terasa lebih mudah.

Kesulitan lainnya ialah belum tentu ada bank yang bersedia memberikan kredit. Bagi yang mempunyai "catatan kredit" yang bagus, mengajukan pinjaman di bank tentu jauh lebih mudah dilakukan. Namun, bagaimana dengan orang yang belum pernah menerima fasilitas kredit bank sebelumnya?

Tentu ini menjadi persoalan tersendiri, apalagi jika yang bersangkutan tidak memiliki cukup dana. Alhasil, pengajuan kreditnya kemungkinan besar bakal ditolak.

Persoalan ini bisa diatasi dengan cara mengajukan kredit ke banyak bank. Harapannya, di antara sekian banyak bank yang didatangi, ada satu yang bersedia menyalurkan kredit.

Kesulitan berikutnya adalah belum tentu bisnis minimarket yang dibangun mampu menghasilkan keuntungan yang diharapkan. Meskipun sebelum mendirikan minimarket sudah dilakukan survei dan perhitungan yang cermat, namun dalam praktiknya, hasilnya bisa saja meleset.

Sebut saja jika income yang dihasilkan minimarket ternyata lebih kecil dari nilai angsuran. Apabila "skenario" ini yang terjadi, maka si pemilik properti mesti siap-siap memeras otak demi mencari uang yang bisa menutupi kekurangan tersebut.

Sekiranya itulah sejumlah kesulitan yang mungkin dihadapi oleh setiap orang yang melaksanakan "jurus" yang diajarkan Pipo. Sebagai seorang yang sudah berpengalaman, dengan cukup bijaksana, ia pun mengakui hal tersebut.

Makanya, jangan heran kalau dalam konten youtubenya, Pipo tak hanya menceritakan bagian yang manis saja, tetapi juga memaparkan bagian yang pahit. Semua itu disampaikan apa adanya supaya setiap orang bisa mengetahui plus-minus dari strategi yang dibagikannya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun