"Keberuntungan pemula" adalah sebuah ungkapan yang ditujukan bagi seseorang yang berhasil memperoleh sesuatu yang bagus walaupun yang bersangkutan baru pertama kali mencoba.Â
Ungkapan tersebut bisa dijumpai dalam sejumlah kejadian. Misalnya, sewaktu seseorang yang baru belajar memancing berhasil mendapat ikan yang berukuran jumbo, maka itu bisa disebut sebagai "keberuntungan pemula".Â
Demikian pula ketika seorang investor yang memperoleh "cuan" yang besar saat membeli saham untuk pertama kalinya, maka hal itu pun dapat dikategorikan sebagai "keberuntungan pemula".Â
Keberuntungan semacam itu memang sangat mungkin terjadi, meskipun investor yang bersangkutan barangkali memilih saham tadi dengan hanya mengandalkan naluri atau "cap-cip-cup" belaka!Â
Meski begitu, keberuntungan semacam itu belum tentu dialami oleh semua orang. Saudara saya, misalnya. Ia belum berkesempatan merasakan keberuntungan tersebut, sewaktu ia membeli saham pertamanya.Â
Semua itu bisa terjadi karena ia membeli saham dengan cara yang salah. Ia memutuskan berinvestasi di sebuah saham komoditas atas "pompom"-an pihak lain. Tanpa melakukan analisis lagi, ia langsung menyerok sahamnya. Hasilnya? Sewaktu bercerita kepada saya, ia mengaku sedang loss sekitar 40%!
Tentu saja saya tidak dapat banyak membantu. Saya hanya bisa memberi saran supaya ia mempertimbangkan cutloss (jual rugi) atau melakukan averaging down.Â
Sebab, berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, kalau saham komoditas yang kita beli harganya sudah jatuh lebih dari 40%, maka akan butuh waktu yang sangat lama agar harganya bisa naik kembali. Itu pun baru akan terjadi dengan syarat fundamentalnya bertambah baik atau ada sentimen positif yang muncul.
Menciptakan "Keberuntungan" dalam Berinvestasi Saham
Saya selalu percaya bahwa setiap investor yang menanamkan modalnya di pasar saham mempunyai "jatah" keberuntungannya masing-masing.Â
"Jatah" ini datangnya bisa berbeda-beda. Ada yang diterima dalam waktu yang cepat, ada pula yang lambat.Â
Saya pribadi termasuk yang lumayan lambat dalam menikmati "jatah" keberuntungan tersebut, mengingat mesti menunggu waktu sekitar 3 tahun, sebelum akhirnya bisa mencicipi "cuan" ratusan persen dari pasar saham.
Meski begitu, keberuntungan tadi tidak ujuk-ujuk muncul dengan sendirinya, tetapi mesti diupayakan sebaik mungkin.Â
Nah, untuk memunculkan keberuntungan tersebut, setidaknya ada 3 hal yang bisa dilakukan.
1. Menemukan Mentor atau Guru yang Tepat
Bagi investor yang masih dalam tahap belajar, mempunyai mentor atau guru yang baik merupakan titik awal yang cukup krusial.Â
Alasannya, mentor atau guru tadi tak hanya akan mengajarkan strategi investasi yang diketahuinya, tetapi juga ikut menanamkan mindset tertentu, yang kelak berpengaruh kuat pada gaya investasi yang dijalankan.

Saking kagumnya, ia bahkan sampai membeli saham yang direkomendasikan oleh para trader favoritnya tanpa melakukan analisis fundamental terlebih dulu.Â
Keputusan investasinya cenderung hanya didasarkan analisis teknikal semata, sesuai dengan yang diajarkan oleh para mentornya tersebut.
Pada tahap ini, mindsetnya sebagai seorang trader sudah tertanam cukup kuat. Mindset ini begitu sulit diubah. Alhasil, walaupun dengan menggunakan analisis teknikal yang diajarkan oleh para gurunya, ia lebih banyak merugi, namun ia tetap saja mengandalkan analisis tersebut.
Kerugian semacam itu sebetulnya bisa dihindari kalau sejak semula, ia belajar berinvestasi saham dari orang yang tepat.Â
Di bawah bimbingannya, ia tak hanya akan dijelaskan cara investasi saham yang sudah teruji, tetapi juga cara mengelola portofolio yang baik, sehingga keuntungannya bisa dimaksimalkan dan kerugiannya dapat diminimalkan.Â
Oleh sebab itu, kalau ingin memperoleh keuntungan dalam berinvestasi saham, belajarlah dari guru yang tepat.
2. Memilih Berinvestasi di Saham yang Tata Kelolanya Baik
Keberuntungan juga bisa diperoleh kalau kita berinvestasi di saham perusahaan yang mempunyai tata kelola yang baik. Walaupun sulit diukur dengan angka, namun aspek tata kelola mempunyai peranan yang cukup vital bagi pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.Â
Hal ini tentu saja bukan sekadar isu semata. Dalam tulisan sebelumnya, yang berjudul Di Balik Saham yang "Melesat" Terdapat Manajemen yang Hebat?, saya memaparkan sejumlah contoh nyata yang menggambarkan bahwa kemajuan sebuah perusahaan bisa sangat bergantung pada tata kelola yang dijalankan oleh manajemennya.

3. Menunggu dengan Penuh Kesabaran
Ini mungkin adalah kegiatan yang cukup sulit dilakukan, tetapi menunggu merupakan salah satu bagian dari strategi investasi saham yang mesti dijalankan. Alasannya? Karena pasar saham adalah sebuah perangkat untuk "memindahkan" uang dari orang yang tidak sabar ke yang sabar.Â
Asalkan kita sudah memilih saham yang tepat dan bersedia menunggu dalam jangka panjang, maka keberuntungan yang besar siap menyambut kita pada masa depan.

Jadi, apabila ingin lebih beruntung di pasar saham, maka berinvestasilah untuk jangka waktu yang panjang.
***
Demikianlah 3 cara yang bisa dipakai untuk menciptakan atau meningkatkan keberuntungan dalam berinvestasi saham.Â
Ketiga cara tadi memang tidak bisa memberikan jaminan yang sifatnya pasti, tetapi setidaknya bisa memperbaiki cara investasi sebelumnya, sehingga berpeluang mengubah portofolio yang sedang loss menjadi profit.
Salam hangat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI