Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ketika Saya Menolak Ajakan "Menjadi Kaya"

8 Februari 2021   07:00 Diperbarui: 8 Februari 2021   12:06 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Uang (Shutterstock/Pramata) via Kompas.com

Tentu saja, sifat kritis saya mulai muncul. Saya jadi heran. "Kalau memang aplikasi tersebut sanggup menawarkan harga yang jauh lebih murah dari aplikasi lain besutan "unicorn", mengapa tidak digratiskan saja semuanya? Mengapa harus ada sistem paket-paket demikian?"

Yang lebih mengherankan lagi adalah sistem referal yang digunakan oleh perusahaan penyedia aplikasi tersebut. Sebab, dalam mengembangkan bisnisnya, perusahaan tadi ternyata memakai sistem multilevel marketing alias mlm. 

Cara kerjanya cukup sederhana. Katakanlah saya membeli paket kemitraan senilai 20 juta rupiah. Dengan paket tersebut, saya sudah bisa menjalankan bisnis jasa payment. 

Karena bisnis tadi mungkin hanya memberikan profit yang minim karena sudah banyak pemainnya, maka saya bisa memperoleh keuntungan dengan cara lain, yakni dengan merekrut orang lain, yang bersedia membeli paket layanan senilai 20 jutaan rupiah, yang sama dengan saya. 

Asalkan saya sanggup mengajak 10 orang saja, maka uang yang terkumpul sudah mencapai 200 jutaan, dan saya bisa mendapat komisi yang besar dari sana. Keuntungan saya tentu saja tidak putus sampai di situ, sebab kalau orang rekrutan saya tadi berhasil mengajak orang lain lagi untuk bergabung, maka komisi yang saya terima akan bertambah. Demikian seterusnya.

Selain itu, katanya saya juga berkesempatan mendapat bonus, yakni jalan-jalan ke luar negeri secara gratis, mulai dari Korea hingga Dubai. Bonus ini baru bisa dinikmati apabila "pangkat" saya sudah tinggi. Itu artinya rekrutan saya minimal harus mencapai puluhan hingga ratusan orang. Alhasil, semakin banyak orang yang direkrut, maka semakin banyak yang saya dapat.  

Sekilas mekanismenya memang sama dengan "skema ponzi". Skema semacam ini sudah banyak dipakai oleh "perusahaan bodong" untuk mengelabui konsumennya. Tentu saja, saya tidak bisa menuduh perusahaan penyedia aplikasi tadi sebagai "perusahaan bodong" demikian. Saya tidak mempunyai bukti apapun.

Namun, dari cara kerjanya saja, saya sudah cukup waswas. "Jangan-jangan tujuan saya diajak mengikuti acara tadi adalah untuk direkrut demi memperkaya orang-orang yang merekrut saya. Jangan-jangan kalaupun saya sampai bergabung, maka saya bukan menjadi kaya dari bisnis payment, melainkan dari merekrut orang lain untuk menjadi member? Jangan-jangan.."

Sejuta pikiran "jangan-jangan" tersebut sudah cukup menghalangi langkah saya untuk bergabung. Oleh sebab itu, sewaktu ditanya apakah ingin join, saya menolak dengan halus. Bukan karena tidak ingin menjadi kaya, melainkan karena terlalu waspada dengan "permainan" di dalamnya.

Salam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun