Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Inilah Gunanya Mengetahui Titik "Support" dan "Resistance" dalam Investasi Saham

1 Februari 2021   07:00 Diperbarui: 1 Februari 2021   09:14 2212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Investasi Saham| www.forbes.com

Dalam memilih saham, saya lebih banyak mengandalkan analisis fundamental. Analisis ini adalah "barometer" yang sangat sering saya pakai karena prosedurnya begitu sederhana dan jelas. 

Sejauh ini, dengan menggunakan analisis tersebut, investasi saya umumnya mampu membuahkan hasil yang positif. Oleh sebab itu, meskipun terdapat berbagai macam analisis untuk menyeleksi saham, saya tetap setia pada analisis fundamental.

Walaupun demikian, saat membeli saham, saya justru memakai analisis yang berbeda. Saya lebih menggunakan analisis teknikal. Alasannya sederhana. Analisis tersebut dapat memberi saya "informasi ekstra" tentang kualitas fundamental dari saham perusahaan yang ingin saya beli.

Sebagai contoh, katakanlah saya menemukan sebuah saham ABCD, yang begitu menarik untuk dibeli. Setelah membaca sejumlah dokumen dan mencari informasi sebanyak mungkin tentangnya, maka saya menilai bahwa saham tersebut cukup layak inves, sebab kondisi keuangannya terlihat baik-baik saja dan harganya relatif masih murah. 

Meski begitu, belum tentu penilaian saya sama dengan yang dimiliki investor lain. Untuk menyamakan persepsi, saya umumnya melihat trend harga sahamnya. 

Apabila saya menemukan bahwa kinerjanya terus meningkat, tetapi trend harganya cenderung "jalan di tempat" atau bahkan turun selama beberapa tahun, maka mungkin saya melewatkan sebuah hal "krusial" saat melakukan analisis sebelumnya. 

Boleh jadi ada "kasus terselubung" yang luput dari perhatian saya sewaktu saya mempelajari laporan keuangan-nya. Kasus inilah yang barangkali membikin harganya susah naik, meskipun semuanya terlihat oke-oke saja.

Investasi Saham| www.forbes.com
Investasi Saham| www.forbes.com
Alhasil, dengan melakukan sedikit analisis teknikal, saya bisa mengetahui persepsi investor lain terhadap saham tersebut, sekaligus memperoleh sebuah kepastian tentang kualitas fundamentalnya.

Selain itu, analisis teknikal juga membantu saya dalam menentukan posisi beli terbaik. Hal ini cukup penting dilakukan, terutama bagi investor ritel, karena kalau bisa membeli di harga terendah dan menjual di harga tertinggi, maka keuntungan yang diperoleh bisa maksimal.

Untuk mengetahui posisi beli terbaik, kita mesti melihat titik support sebuah saham. Sebelum melanjutkan pembahasan, sekiranya saya perlu menyampaikan bahwa pergerakan saham biasanya bergerak dalam rentang harga tertentu. 

Rentang harga yang dimaksud adalah titik tertinggi dan titik terendah. Dalam analisis teknikal, titik tertinggi disebut sebagai resistance (atap), sementara titik terendah sebagai support (alas). Nah, harga saham umumnya bergerak sepanjang wilayah support dan resistence-nya.


Seperti disebutkan sebelumnya, saat akan membeli sebuah saham, kita mesti memerhatikan garis support. Cermatilah pergerakan harga saham dalam dua sampai tiga bulan terakhir, lalu temukan titik harga terendah-nya. Jika titik tadi sudah diketahui, maka kita tinggal membeli saham tersebut ketika harganya sudah menyentuh atau mendekati support-nya.

Inilah yang saya lakukan sewaktu belanja sebuah saham beberapa waktu yang lalu. Saya tertarik pada saham ini karena secara fundamental, perusahaannya sebetulnya masih cukup kuat. Utangnya rendah dan kasnya berlimpah. 

Alhasil, walaupun sekarang sedang menanggung kerugian akibat pandemi Covid-19, namun dengan posisi keuangan yang lumayan solid demikian, maka tinggal menunggu waktu saja, sebelum bisnisnya pulih dan harga sahamnya kembali bangkit.

Saat saya menemukan saham tersebut, harganya terlihat sideway selama 3 bulan lebih. Sepertinya investor lain masih belum berminat "mengangkat" harga sahamnya, biarpun pada kuartal terakhir, mulai tampak tanda-tanda pemulihan. 

Tentu saja ini menjadi "kesempatan emas", yang sungguh sayang dilewatkan. Kapan lagi bisa membeli saham bagus dengan harga diskon sebesar 40-50% demikian?!

Biarpun begitu, ada beberapa kendala yang saya hadapi. Salah satunya adalah soal likuiditas. Saham yang saya ingin beli tersebut termasuk "saham tidur", yang begitu jarang diperdagangkan. 

Hal ini bisa terjadi karena jumlah saham beredarnya begitu sedikit, hanya 51 juta lembar. Jadi, jangan heran, "bandar" atau investor yang mempunyai modal besar susah masuk membeli sahamnya.

Selain itu, saya juga punya pengalaman jelek sewaktu beli "saham tidur". Pasalnya, dalam beberapa kesempatan, investasi saya selalu berujung kerugian. 

Biarpun nilainya tidak besar-besar amat karena modal yang dipakai sedikit, namun tetap saja, saya belum menemukan "formula" terbaik untuk menangani "saham tidur". Alhasil, saya sempat ragu membeli saham ini.

Meski begitu, setelah membaca beberapa strategi investasi dan melakukan riset secara mandiri, akhirnya saya menyadari bahwa waktu terbaik untuk membeli "saham tidur" adalah ketika sahamnya sedang dalam trend sideway, dan titik beli terbaik-nya adalah saat harganya mendekati area support-nya.

Jika diamati secara saksama, maka akan terlihat bahwa "saham tidur" umumnya mempunyai periode sideway yang lebih lama daripada saham likuid. Apabila periode sideway saham likuid umumnya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja, maka periode sideway "saham tidur" bisa terjadi selama berbulan-bulan!

Demikianlah situasi yang terjadi pada saham yang ingin saya beli tersebut. Meskipun sudah berlangsung 3 bulan lebih, namun harganya masih saja jalan di tempat! 

Kondisi ini tentu saja kurang begitu bagus, mengingat investor yang membeli sahamnya jauh-jauh hari pasti melewatkan sebuah "momen emas" ketika IHSG sedang bullish.

Kendati demikian, "saham tidur" bukan berarti akan terus-terusan sideway harganya. Pada waktu-waktu tertentu, saham tadi bisa "bangun" dari tidurnya. Jika sudah tersadar demikian, maka harganya bisa melesat sangat tinggi dan cepat. Inilah yang mungkin terjadi pada "saham tidur" yang mau saya beli.

Dalam kondisi normal, harganya berada dalam kisaran 10.000-an (PBV sekitar 1 kali). Namun, karena terdampak pandemi, harganya jatuh ke level 6.000-an (PBV 0,6 kali). 

Alhasil, kalau bisnisnya kembali mencetak laba seperti sebelumnya, maka bukan mustahil harganya akan naik kembali ke level 10 ribuan. Bukankah ini sebuah kesempatan yang begitu bagus untuk mendapat keuntungan di atas 30%?

Nah, karena sahamnya masih dalam trend sideway, maka saya membelinya dengan cara mencicil. Saya melihat bahwa titik support-nya berada di harga 6.400, dan saya kemudian berhasil membeli beberapa lot saja di level 6.425. 

Saat tulisan ini dibuat, harganya sudah naik ke level 6.700. Dengan demikian, potensi cuan saya sudah sekitar 4%.

Saya bencana melakukan averaging up. Namun, saya menunggu harganya naik lebih tinggi supaya bisa menemukan titik support yang baru. 

Titik ini baru bisa diketahui jika ada peningkatan volume yang lebih besar daripada rata-rata perdagangan. Sejauh ini, hal itu belum terlihat, sehingga saya merasa belum waktunya menambah porsi saham tersebut.

Biarpun investor yang mempunyai pakem analisis fundamental tulen biasanya mengabaikan analisis teknikal, namun saya berpikir bahwa analisis tersebut sebaiknya tetap diamati dan dipertimbangkan. 

Tentu saja, fungsinya bukan sebagai analisis utama dalam memilih saham yang akan dibeli, melainkan lebih sebagai pelengkap analisis fundamental. 

Dengan memadukan kedua analisis tersebut, penilaian investor terhadap sebuah saham bisa menjadi lebih lengkap, sehingga keyakinan dalam menggenggam saham bakal lebih kokoh.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun