Pertanyaan-pertanyaan di atas memang agak sulit dijawab, mengingat butuh analisis yang lumayan mendalam. Namun demikian, menurut saya pribadi, sebetulnya tidak ada yang salah dengan hal tersebut.Â
Tidak ada yang salah kalau ada seseorang yang memutuskan berinvestasi di sebuah saham dan kemudian menceritakannya kepada orang lain. Yang salah adalah kalau ada sesorang yang langsung membeli saham tanpa disertai pertimbangan yang matang hanya karena ada orang lain yang memiliki dan merekomendasikannya.
Opini tadi mungkin terkesan "ketus", tetapi hal itulah yang mesti dicamkan sebaik mungkin, sebelum kita berinvestasi di sebuah saham. Jangan sampai karena kita mengidolakan tokoh tertentu, maka kita langsung mengikuti jejak investasi yang dilakukannya.Â
Inilah yang selalu menjadi "barometer" saya dalam berinvestasi saham. Biarpun saya mempunyai investor idola, tapi bukan berarti saya akan ikut membeli saham yang dimilikinya begitu saja. Kadang selera saham yang disukai saya dan idola saya berbeda.Â
Sebagai contoh, sudah sejak lama, saya mengagumi Lo Kheng Hong. Investor yang kerap dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia ini memang begitu inspiratif. Saat awal-awal berinvestasi saham, saya belajar banyak hal darinya.Â
Bahkan, boleh dibilang, Lo Kheng Hong-lah yang mulanya menanamkan mindset investor yang benar dalam batin saya. Kalau sebelumnya belajar pada orang yang salah, mungkin sekarang saya sudah menjadi trader yang hobi berdagang "saham-saham gorengan".
Alhasil, biarpun sama-sama beraliran "value investing", namun saya punya pertimbangan tersendiri dalam menyeleksi saham. Oleh sebab itu, sekagum-kagumnya saya pada sosok Lo Kheng Hong, hal itu tetap tidak memberikan pengaruh apapun terhadap pilihan saham yang ingin saya beli.Â
Melakukan Analisis Secara Mandiri
Daripada sekadar ikut-ikutan membeli saham, lebih baik kita menganalisis saham secara mandiri. Bagi sebagian orang, terutama yang masih awam, menganalisis saham mungkin agak ruwet dilakukan. Maklum, ada berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan, sehingga terkesan cukup rumit.Â
Padahal, berdasarkan pengalaman, menganalisis saham tidak sesulit itu. Tanpa harus mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi, sebetulnya seseorang masih bisa melakukan analisis dengan baik, asalkan ia mau membaca berbagai dokumen, mengikuti perkembangan perusahaan lewat berita, hingga menghadiri acara-acara yang diselenggarakan oleh emiten, seperti public expo dan rapat umum pemegang saham.