Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengukur Keperkasaan "Otot" IHSG pada Bulan Desember

30 November 2020   07:03 Diperbarui: 30 November 2020   10:46 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan Desember/ sumber: psychologytoday.com

Walaupun masih "dicengkeram" oleh pandemi Covid-19, namun bulan November boleh dibilang merupakan waktu terbaik bagi laju Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG. Betapa tidak, sejak awal November sampai hari ini IHSG sudah mengalami kenaikan sebesar 12%. 

Saat tulisan ini dibuat, IHSG "nyaman" bertengger di level 5780-an dan masih mungkin menguat pada bulan berikutnya.

Tren positif tersebut bisa terjadi bukan tanpa sebab. Meskipun laporan keuangan kuartal 3 yang dirilis sejumlah emiten berkapitalisasi "jumbo" belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena kinerjanya masih menurun akibat pandemi Covid-19, namun ada beberapa sentimen positif yang mampu "mendongkrak" pergerakan IHSG. 

Bulan Desember/ sumber: psychologytoday.com
Bulan Desember/ sumber: psychologytoday.com
Setidaknya ada tiga sentimen yang menyebabkan hal tersebut:

1. Efek Omnibus Law Cipta Kerja 

Sejak bulan Oktober, Omnibus Law memang telah menjadi topik hangat yang begitu banyak dibicarakan di tengah masyarakat, termasuk kalangan investor saham. Maklum, kebijakan tersebut diperkirakan bakal membuka lebih lebar "keran investasi" yang berasal dari luar, membuka banyak lapangan pekerjaan, dan menyejahterakan banyak orang dalam jangka panjang.

Biarpun masyarakat sempat melakukan unjuk rasa di sejumlah daerah karena Omnibus Law dinilai lebih pro pada kepentingan investor ketimbang karyawan, namun DPR tetap kukuh meloloskan kebijakan tersebut. Draf UU Cipta Kerja kemudian diserahkan kepada Presiden Joko Widodo untuk ditandatangani. 

Presiden Joko Widodo/ sumber: bisnis.com
Presiden Joko Widodo/ sumber: bisnis.com
Sempat muncul spekulasi bahwa Presiden tidak akan menyetujui draf tersebut, mengingat penolakan masyarakat, terutama yang berasal dari buruh tampak begitu masif dilakukan. Namun, spekulasi itu tidak terbukti. 

Pada awal bulan November, Presiden akhirnya resmi memberikan tanda tangan sekaligus menunjukkan dukungan penuh terhadap kebijakan tersebut. Kepastian itulah yang kemudian turut melambungkan IHSG. Investor merasa yakin bahwa dengan diberlakukannya kebijakan tersebut, perekonomian Indonesia bakal berkembang dengan baik dalam beberapa tahun mendatang.

2. Efek Kemenangan Joe Biden 

Boleh dibilang Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun ini berlangsung begitu "dramatis". Disebut demikian karena mulai dari masa kampanye, debat pilpres, hingga penghitungan suara, semuanya diselimuti ketidakpastian mengingat kedua kandidat, yakni Donald Trump dan Joe Biden sama-sama mempunyai peluangan yang cukup besar untuk menang.

Hal inilah yang membikin investor galau memasuki pasar saham. Makanya jangan heran, sebelum voting dilakukan investor cenderung bersikap "wait and see". Mereka ingin mendapat kepastian terlebih dulu soal sosok presiden terpilih yang bakal memimpin Amerika Serikat berikutnya.

Presiden Terpilih Amerika Serikat Joe Biden/ sumber: cnbc.com
Presiden Terpilih Amerika Serikat Joe Biden/ sumber: cnbc.com
Kepastian itu akhirnya didapat setelah Joe Biden menang pilpres secara Electoral Vote. Tanpa perlu waktu yang lama, IHSG pun ikut "melejit" bersama bursa saham dari negara lain dalam "menyambut" kemenangan Biden. Alhasil, investor asing yang sebelumnya keluar dari pasar modal Indonesia kembali "mengguyur" IHSG dengan uang triliunan rupiah.

Kemenangan Biden memang memberi "angin segar" bagi pasar saham dunia, termasuk Indonesia, mengingat investor memprediksi bahwa kebijakan yang bakal dijalankannya tidak segalak Trump. Oleh sebab itu, investor bisa merasa lebih aman menanamkan modalnya ke pasar saham negara-negara tertentu yang sebelumnya begitu rentan terimbas perang dagang yang digelorakan Trump.

3. Efek Vaksin Covid-19 

Pada bulan ini, dua perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, yaitu Moderna dan Pfizer mengumumkan bahwa tingkat efektivitas vaksin yang mereka ciptakan mencapai 95%. Kabar ini tentu saja "memompa" harapan masyarakat dunia untuk mengakhiri pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan.

Vaksin Covid-19/ sumber: kompas.com
Vaksin Covid-19/ sumber: kompas.com
Kabar ini juga ikut "menghijaukan" IHSG. Kepercayaan diri investor bahwa perekonomian Indonesia bakal pulih dalam waktu dekat pun mulai muncul. Jadi, jangan heran walaupun laporan keuangan terbaru yang dipublikasikan emiten masih memerah, namun investor banyak memborong saham-saham tertentu yang dinilai masih murah.

Penguatan IHSG Bakal Berlanjut pada Bulan Desember?

Pertanyaan di atas cukup sulit dijawab mengingat belum ada sentimen positif lain yang "berembus" di pasar saham Indonesia. Meski begitu, jika menengok sejarahnya pada bulan Desember, IHSG biasanya bakal mengalami kenaikan. 

Hal ini bisa terjadi karena manajer investasi umumnya melakukan "window dressing". "Window dressing" dilakukan dengan cara menjual saham-saham yang merugi, dan membeli saham-saham lain yang berpotensi menghijau.

Hal ini dilakukan demi "mempercantik" portofolio yang dimiliki sebelum ditunjukkan kepada nasabahnya. Alhasil, dengan adanya "window dressing" IHSG diperkirakan masih akan melanjutkan rally, meskipun pada level yang terbatas.

Window dressing/ sumber: economictimes.com
Window dressing/ sumber: economictimes.com
Hal lain yang juga mesti dipertimbangkan ialah jumlah hari perdagangan yang terpotong akibat diberlakukannya cuti bersama. Harus diakui, akibat terjadinya pandemi Covid-19 membuat  perdagangan saham mengalami perubahan jadwal, mulai dari durasi perdagangan hingga waktu efektif bursa. Jika pada tahun-tahun sebelumnya, bursa saham tanah air tutup jelang akhir tahun, namun pada tahun ini penutupan tadi dilakukan lebih dini. 

Apabila tidak ada perubahan jadwal, maka pasar saham Indonesia bakal libur mulai dari tanggal 24 Desember 2020--1 Januari 2021. Alhasil, perdagangan saham sepanjang bulan Desember hanya akan berlangsung 17 hari saja. 

Dengan demikian, boleh jadi investor akan berbelanja saham sebanyak mungkin sebelum pasar saham memasuki masa libur. Kalau "skenario" ini terjadi, maka kenaikan IHSG tentu bakal berlanjut.

***

Tentu saja semua yang disampaikan tersebut bukanlah sesuatu yang pasti terjadi. Maklum, pasar saham begitu sulit diterka. Sering kita berpikir bahwa IHSG bakal mengalami kenaikan atau penurunan pada perode tertentu, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. 

Jadi, sebelum membuat sebuah keputusan investasi alangkah bijak kalau kita melongok situasi terkini. Pastikan bahwa situasinya kondusif. Dengan demikian, kita bisa masuk ke pasar saham pada waktu yang tepat, dan bahkan bisa dapat untung dalam waktu cepat!

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun