Mungkin sukar dihitung berapa banyak kesulitan yang pernah dialami mama saya dalam membangun bisnisnya. Ia pernah ditipu pelanggannya, pernah dicaci-maki orang, pernah pula kehilangan banyak uang sampai-sampai ia ingin berhenti berdagang. Namun, seiring berjalannya waktu, mama saya mampu bangkit dan terus berdagang sampai sekarang.
Walaupun lumayan sulit dilakukan, namun ketekunan inilah yang coba saya tiru dari mama saya. Sebab, kalau ingin bisnis maju, maka tak ada jalan pintas yang bisa diambil. Saya mesti tekun. Alhasil apapun situasi yang terjadi, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, asalkan bertekun, maka bisnis yang dijalankan akan bertahan atau bahkan berkembang! Â
3. Kedermawanan
Berbisnis dan berderma adalah dua hal yang berbeda. Yang satu berupaya mencari kekayaan duniawi, sementara yang satu lagi mencoba menemukan kekayaan spritual. Namun demikian, bukan berarti kedua hal tersebut tidak saling berhubungan.Â
Walaupun hubungannya mungkin sulit diamati secara langsung, namun ada begitu banyak orang yang meyakini bahwa kelancaran berbisnis bisa muncul kalau kita rutin berderma, dan demikian pula sebaliknya.Â
Sebab, bagaimana mungkin kalau kita memberikan satu apel, misalnya, maka kita bisa dapat apel yang lain atau bahkan lebih? Menurut hitungan matematika, yang terjadi justru apel yang kita miliki akan berkurang atau bahkan habis sama sekali. Tak ada yang tersisa kalau kita menyerahkan seluruh apel kita.Â
Namun demikian, dalam wilayah spiritual, bisa berbeda ceritanya. Sebab, percaya atau tidak, jika kita mendermakan sebagian dari rejeki yang kita peroleh, maka akan ada balasan yang lebih besar, yang bakal kita terima pada kemudian hari. Makanya, terlepas dari persoalan nalar yang meliputinya, berderma diyakini mampu membawa "keajaiban" bagi hidup banyak orang.
Oleh sebab itu, jangan heran, mama saya jadi rutin berderma. Apabila memiliki makanan, ia sering berbagi kepada siapapun, mulai dari pelanggan, karyawan, hingga sales yang datang berkunjung. Kebaikan itu tak hanya bisa menghangatkan hubungan dengan mitrabisnisnya, tetapi juga menjadi amalan baginya. Â
***
Mama saya bukanlah seorang guru. Pendidikannya juga tidak tinggi. Pun ia bukan seorang yang sempurna. Namun, bagi saya, mama adalah "sekolah pertama" saya dalam berbisnis. Dari keteladanannya, saya jadi belajar banyak hal dalam mengembangkan sebuah bisnis dan menumbuhkan etika yang baik.Â