Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Jadilah Investor, Bukan "Impostor"

8 Oktober 2020   07:03 Diperbarui: 8 Oktober 2020   19:22 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
followers/ sumber: socialmediaweek.org

followers/ sumber: socialmediaweek.org
followers/ sumber: socialmediaweek.org
Makanya, dalam mempromosikan dirinya, "impostor" tadi acapkali hanya menunjukkan deretan profit jumbo yang pernah diraihnya saja. Sementara, kerugian yang diderita umumnya disimpan rapat-rapat, sebab kalau ikut diperlihatkan, tentu saja orang-orang tidak akan tergiur.

Oleh sebab itu, jika dilihat dari taktik marketing yang dijalankan, maka sekilas terlihat bahwa hal itu mirip dengan "jurus pompom" yang sering dilancarkan oleh perusahaan investasi bodong.

"Mangsa"-nya tentu sudah jelas, yakni orang-orang yang masih awam tentang investasi saham dan punya sifat tamak yang besar, sehingga begitu sedikit saja ditunjukkan "jurus cepat kaya" dari pasar saham, maka yang bersangkutan mudah tergoda.   

Orang-orang yang tertarik kemudian mendapat tawaran grup berbayar. Jika menjadi member di grup tadi, maka yang bersangkutan bakal mendapat rekomendasi saham tertentu, yang disebut mampu menghasilkan "cuan" yang besar.

Agar lebih meyakinkan, si "owner" grup pun ikut membeli saham yang direkomendasikan. Tidak jarang, "owner"-nya kerap berperan menjadi "bandar", yang mampu memainkan harga saham. Secara berkala, "owner"-nya bakal mengabarkan kapan ia membeli, menahan, dan menjual, sehingga followers-nya tinggal mengikuti arahan yang disampaikan.

Tentu saja proses yang berlangsung tidaklah semulus impian yang ditawarkan. Ada kalanya saham-saham yang direkomendasikan menunjukkan kinerja yang sesuai harapan. Jika hal ini terjadi, maka "owner" dan followers-nya bisa happy bersama.

Namun, kalau yang terjadi justru berseberangan dengan harapan, maka ceritanya bisa lain. Pasalnya, tidak jarang, "owner"-nya bersikap curang, katakanlah dengan menjual sahamnya lebih dulu daripada followers-nya tatkala pasar saham sedang dalam tren turun.

Alasannya sederhana saja. Kalau ia memberitahukan terlebih dulu kepada followers-nya bahwa ia akan melepas sahamnya, maka harganya bisa anjlok cepat, karena followers-nya pun akan ikut menjual saham tersebut. Dengan demikian, potensi kerugiannya bakal bertambah lebar.

Makanya, untuk menghindari hal tersebut, "owner"-nya biasanya melego sahamnya secara diam-diam, dan setelah semuanya berhasil dilepas, barulah ia mengabarkan hal itu kepada para followers-nya.

Dengan melakukan hal ini, kerugian yang diderita "owner"-nya memang tidak akan begitu lebar, tapi tidak demikian dengan followers-nya. Sebab, kalau "bandar"-nya saja sudah kabur lebih dulu, bukankah kerugian yang didapat bakal bertambah dalam?

Menjadi Investor yang Independen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun