Cuaca yang cukup terik sepertinya bukan halangan bagi sejumlah warga yang berniat mengurus Surat Izin Usaha di sebuah kelurahan di Bekasi.
Saat saya berkunjung ke sana, tampak cukup banyak orang yang mengantre di depan loket administrasi. Mereka menyiapkan sejumlah berkas, yang diperlukan untuk memperoleh legalitas atas bisnis yang mereka miliki.
Dari informasi yang saya dapat, alasan warga berniat membikin Surat Izin Usaha di sana ada beberapa. Satu di antaranya ialah untuk memperoleh bantuan tunai dari pemerintah.
Maklum, untuk menopang bisnis UMKM yang cenderung meredup pada masa Pandemi Covid 19, pemerintah sudah menggelontorkan sejumlah anggaran senilai triliunan rupiah.
Seperti halnya Program Kartu Prakerja, pelaku UMKM yang ingin mendapat bantuan tadi mesti mempunyai perizinan yang jelas. Perizinan yang dimaksud pun bermacam-macam jumlahnya. Apabila perizinan tadi sudah lengkap, maka barulah yang bersangkutan berhak memperoleh bantuan tersebut demi menjaga keberlangsungan bisnisnya.
Alasan lainnya ialah munculnya banyak "pebisnis dadakan" di tengah masyarakat. Hal ini wajar terjadi, mengingat sekarang pekerjaan begitu sulit didapat. Dalam situasi krisis, sejumlah perusahaan enggan merekrut banyak karyawan baru. Jangankan menambah karyawan, mempertahankan yang sudah ada pun begitu sulit dilakukan.
Situasi ini kemudian memaksa banyak orang untuk memulai bisnis demi menyambung hidup. Bisnis apapun akan dilakoni, mulai dari jualan baju, buka warung kopi, hingga berdagang makanan di pinggir jalan. Semuanya dilakukan asalkan bisa terus bertahan melewati kondisi yang serba sulit seperti ini.
Sebetulnya, tidak ada yang salah dengan upaya tersebut. Selama dijalankan secara legal, setiap orang boleh-boleh saja memulai sebuah bisnis. Namun, yang ingin saya sampaikan adalah berbisnis itu bukan sesuatu yang mudah dilakukan.
Untuk membuat sebuah bisnis menjadi sedemikian sukses, dibutuhkan begitu banyak kerja keras, modal, dan kesabaran. Prosesnya tidaklah sebentar, butuh waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Makanya, saya cukup "skeptis" dengan "pebisnis dadakan" yang muncul karena "terdesak" oleh keadaan. Saya ragu apakah bisnis yang dirintis bisa berumur panjang, mengingat hanya 1 dari 10 bisnis rintisan yang umumnya berhasil melewati usia 1 tahun, sedangkan sisanya "layu" sebelum berkembang.
Walaupun begitu, bukan berarti sebaiknya tidak usah berbisnis saja. Berbisnis boleh dilakukan asalkan syarat-syarat tertentu bisa dipenuhi. Syarat-syarat itulah yang bakal menentukan "nasib" sebuah bisnis. Berdasarkan pengalaman, setidaknya terdapat 4 syarat supaya bisnis bisa bertahan dalam waktu yang panjang.
1. Tekad yang Kuat
Jika boleh diibaratkan, berbisnis itu mirip dengan lari "maraton". Berbisnis membutuhkan stamina yang prima, kesabaran yang besar, dan sumber daya yang berlimpah agar bisa melewati berbagai macam aral rintangan yang muncul.
Makanya, pemilik bisnis dituntut mempunyai tekad yang kuat dalam menjalankan usahanya. Tanpa disertai tekad yang kuat, begitu ada cobaan yang datang, pemilik bisnis bisa gampang menyerah, dan bisnis yang dikelola terancam bubar.
Namun demikian, sesulit-sulitnya rintangan yang menghadang toh bisa diatasi juga. Semua itu bisa terjadi karena orangtua saya mempunyai tekad yang kuat untuk memperjuangkan bisnis yang dijalankan. Kalau tidak ada tekad demikian, maka bukan mustahil bisnis keluarga kami sudah lama tutup.
2. Sektor Usaha yang Baik
Untuk melanggengkan sebuah bisnis, mempunyai tekad yang kuat tidaklah cukup. Pebisnis mesti menentukan sektor usaha yang bakal digeluti. Pilihan ini penting dicermati karena akan berpengaruh pada model bisnis yang dijalankan.
Berdasarkan jenisnya, sektor usaha yang dijalankan bisa berupa manufaktur, perdagangan, atau jasa. Sektor manufaktur artinya kita membuat produk sendiri. Contohnya macam-macam, seperti bisnis pakaian, makanan, kosmetik, dan sebagainya, yang diproduksi dengan merek tersendiri.
Kemudian, sektor perdagangan maksudnya kita menjual produk yang dihasilkan oleh pihak lain, misalnya, bisnis reseller, minimarket, toko handphone, dan sebagainya. Sementara, sektor jasa artinya kita menawarkan layanan tertentu kepada pelanggan, contohnya bisnis salon, bimbel, servis ac, dan seterusnya.
3. Koneksi yang Andal
Koneksi yang dimaksud bukanlah "koneksi internet", melainkan "jejaring pertemanan" yang bagus. Jejaring ini penting dimiliki sebab sebuah bisnis umumnya sukar berkembang sendirian.
Caranya? Jadilah orang yang bisa dipercaya. Sebab, inti dari semua hubungan antarmanusia adalah soal kepercayaan.
Makanya, menjaga kepercayaan itu begitu penting, bahkan melebihi faktor lainnya, seperti mempunyai modal yang besar, atau menerapkan strategi marketing yang bagus. Tanpa menggelontorkan uang yang banyak sekalipun, asalkan bisa dipercaya, maka seseorang dapat menjalankan sebuah bisnis yang sukses.
4. Sifat yang Adaptif
Harus diakui, tren bisnis telah begitu cepat berubah sejak munculnya e-commerce. Sebelum adanya e-commerce, orang-orang yang ingin berbisnis mesti sibuk mencari lokasi yang tepat.
Sebab, lokasi yang strategis dianggap bisa menentukan maju-mundurnya bisnis yang dijalankan. Jangan harap sebuah bisnis bakal berkembang dengan baik di lokasi yang buruk.
Namun, sekarang hal itu sudah berbeda, sebab orang bisa membuka toko dan memulai bisnis di manapun. Asalkan mempunyai akun di e-commerce, di dalam kontrakan yang terletak di gang sempit sekalipun, sebuah bisnis bisa dijalankan.
Perubahan inilah yang kemudian memicu "disrupsi". Bisnis-bisnis tertentu yang masih dijalankan dengan gaya tradisional pelan-pelan bakal tergantikan oleh bisnis-bisnis yang sudah menggunakan teknologi internet.
Agar mampu bertahan, pebisnis mau-tidak mau mesti beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Sebab, siapapun yang menolak berubah suatu saat akan ditinggalkan dan dilupakan.
Ia harus mau menyambut perubahan sebagai sebuah kesempatan, bukan sebagai masalah. Ia mesti mau memandang tren teknologi yang berkembang sedemikian pesat sebagai teman, bukan sebagai musuh. Dengan demikian, asalkan mau beradaptasi terhadap perubahan, maka bisnis yang dikelola mampu bertahan.
***
Sampai sekarang, saya selalu memandang persoalan merintis bisnis dari dua sisi. Di satu sisi, memulai sebuah bisnis bisa menawarkan perbaikan ekonomi. Ada cukup banyak contoh yang menyebutkan bahwa kehidupan seseorang bisa berbalik dari yang sebelumnya susah menjadi lebih sejahtera setelah bisnis yang dimulainya ternyata bertumbuh dengan baik.
Namun, di sisi lain, tidak sedikit pula orang yang ternyata mengalami kegagalan dalam berbisnis, hingga akhirnya semua hartanya lenyap dan keluarganya tercerai berai. Di antara semua kemungkinan yang tersedia, mungkin inilah yang terburuk.
Makanya, berdasarkan hal itu, saya berpikir sebaiknya berbisnis itu jangan dimulai karena kepepet atau sekadar ikut-ikutan tren. Risikonya begitu besar. Untuk menghindari risiko itulah, sebelum memutuskan merintis sebuah bisnis, sebaiknya kita memeriksa apakah kita sudah memenuhi 4 syarat di atas, sehingga bisnis yang dimulai bisa berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H