Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"Metamorfosis" Karier Jakob Oetama, dari Menjadi Guru SMP hingga Menjelma Pengusaha Media

9 September 2020   18:26 Diperbarui: 12 September 2020   08:15 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakob Oetama/ sumber: kompas.com

Di tangan Jakob, diversifikasi yang dilakukan kemudian jadi bertambah luas lagi dengan memasuki industri perhotelan. Sejumlah hotel yang dibangun di bawah bendera Kompas Gramedia (KG), seperti Hotel Santika dan Amaris, resmi beroperasi.

Ekspansi bisnis KG pun terus berlangsung dengan mendirikan sejumlah penerbit dan situs baru. Sebut saja platform Kompasiana yang sudah dirintis sejak tahun 2008 silam. Dari yang awalnya hanya diisi oleh sedikit orang, kini Kompasiana telah menjelma menjadi media blog terbesar di Indonesia.

Berkat ekspansi ini, bisnis KG semakin "menggurita". Dengan demikian, fondasi bisnis sudah sedemikian kokoh, sehingga begitu sulit menyaingi nama besar KG dalam bisnis media maupun hotel. Jakob sudah menjalankan tanggung jawabnya sebagai pimpinan KG dengan sangat baik.

Jakob Oetama Saat Menerima Penghargaan dari Presiden Soeharto/ sumber: vik.kompas.com
Jakob Oetama Saat Menerima Penghargaan dari Presiden Soeharto/ sumber: vik.kompas.com
Walaupun sudah sukses mendirikan banyak perusahaan yang sanggup menghidupi ribuan orang, namun Pak Jakob tetaplah orang yang sederhana. 

Saya memang belum pernah bertemu dengan beliau, tetapi lewat sebuah obrolan dengan seorang Kompasianer, saya jadi tahu bahwa beliau ternyata masih setia menggunakan ponsel zaman dulu, yang hanya dua fungsi, yakni mengirim SMS dan menelepon.

Jika melihat dari aspek materi, beliau sebetulnya sangat mampu membeli ponsel yang paling mahal dan paling bagus. Namun, hal itu tampaknya "berseberangan" dengan gaya hidup sederhana yang sudah dijalaninya sejak bertahun-tahun. Kekayaan materi ternyata tidak mengubah kesederhanaan hidupnya.

Hal lain yang patut dikenang dari Pak Jakob ialah beliau enggan memecat karyawan. Meskipun sebagai direktur, beliau mempunyai kewenangan untuk memberhentikan karyawan, namun sepertinya ia tidak mau menggunakan kewenangan tersebut. Ia dikenal sebagai pimpinan yang begitu memperhatikan nasib karyawannya.

Pernah saya mendengar cerita ketika nasib harian Kompas sedang berada di "ujung tanduk" karena sejumlah wartawannya enggan berkompromi dalam mengkritisi kebijakan Pemerintah Orde Baru, Pak Jakob mengambil tindakan tegas dengan lebih memilih kelangsungan bisnis daripada mempertahankan sikap idealis.

"Masak kita tega mengorbankan nasib ribuan karyawan lain hanya karena tetap ngotot mengkritisi pemerintah," demikian alasan yang beliau sampaikan.

Saya kira, masih ada banyak suri teladan lain yang bisa ditiru dari kehidupan pak Jakob. Mungkin blog sederhana ini tidak akan cukup untuk menguraikannya. 

Akhir kata, meskipun tidak lagi menjadi seorang guru, namun beliau ternyata masih terus mengajar, setidaknya lewat kepemimpinannya dan juga karya-karyanya untuk masyarakat luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun