Investor tadi mungkin beralasan bahwa membaca laporan keuangan tidak semudah membaca grafik harga, karena di dalamnya terdapat banyak sekali istilah-istilah akuntansi yang terkesan rumit dipahami.
Dengan demikian, hanya orang-orang yang punya latar pendidikan ekonomi saja yang bisa melakukannya.
Alasan tersebut memang tidak keliru, tetapi juga tidak sepenuhnya betul. Sekilas, laporan keuangan memang memuat berbagai macam istilah akuntansi yang agak ruwet, tetapi bukan berarti hal ini tidak bisa dipelajari oleh masyarakat awam.
Tanpa memiliki gelar Sarjana Ekonomi sekalipun, sebetulnya seseorang bisa memahami laporan keuangan perusahaan, asalkan ada kemauan untuk belajar.
Neraca, misalnya, memperlihatkan seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, beserta semua utang-utangnya. Laporan Laba-Rugi menunjukkan besarnya penjualan yang didapat perusahaan, beserta beban-bebannya. Laporan Perubahan Modal menampilkan perubahan nilai modal di dalam Neraca.
Sementara, Laporan Arus Kas memuat rincian uang tunai yang masuk dan keluar.
Setiap laporan tadi mempunyai rincian yang berbeda-beda. Jumlah rinciannya memang cukup banyak, sehingga masyarakat yang masih awam dengan akuntansi mungkin akan pusing melihatnya.
Meski begitu, masih ada cara yang lebih sederhana untuk memahami laporan tersebut, yakni dengan memerhatikan rasio-rasio keuangan. Sebagai contoh, kondisi Neraca bisa diketahui dengan mencermati Debt to Equity Ratio, Current Ratio, dan Cash Ratio.
Laporan laba-rugi bisa dimengerti dengan memakai rasio Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, dan Return on Equity. Sementara, untuk laporan arus kas, bisa digunakan Free Cashflow Ratio.
Semua rasio tadi mengukur kualitas fundamental perusahaan dengan membandingkan setiap elemen di tiap laporan keuangan.