Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pengalaman Meraih Untung 100% dari Investasi Saham

29 Agustus 2020   07:07 Diperbarui: 29 Agustus 2020   17:48 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi meraih untung/ sumber: https://www.digitalmarketsjournal.com

"Multibagger" adalah sebutan untuk sebuah saham yang sanggup menghasilkan keuntungan hingga berkali-kali lipat. Sebelumnya, saya sempat menganggap bahwa "multibagger" hanyalah sebuah "mitos", yang menghiasi cerita investasi di majalah atau buku.

Namun, belakangan, saya sepertinya mesti "merevisi" anggapan tadi. Sebab, tanpa disangka, salah satu saham yang saya beli beberapa bulan yang lalu ternyata menjelma menjadi "multibagger" yang memberikan keuntungan di atas 100%!

Saham yang dimaksud adalah saham BRIS (PT BRI Syariah Tbk). Emiten ini merupakan anak usaha dari Bank BRI. Seperti induknya, BRIS dikenal sebagai bank yang melayani UMKM. Hanya bedanya, BRIS lebih fokus menjalankan usaha yang sesuai dengan prinsip syariah.

Alasan saya membeli saham BRIS beberapa bulan yang lalu sebetulnya sederhana. Fundamental perusahaannya membaik pada awal tahun 2020. Hal ini bisa dilihat dengan raihan laba sebesar 75 miliar rupiah pada kuartal pertama.

Jumlah ini melesat sekitar 150% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019. Alhasil, saham BRIS yang tadinya "terkapar" di harga 140-an mengalami rebound secara bertahap.

Raihan tersebut sejatinya merupakan kerja keras manajemen baru. Pada tahun 2019 terjadi pergantian jajaran manajemen. Setelah resmi menjabat, manajemen baru kemudian mengemban tugas untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

Hasilnya ternyata memuaskan. Kinerja perusahaan pulih, seperti yang terlihat dari meningkatnya Rasio Kecukupan Modal dan menurunnya Rasio Kredit Macet.

Bank BRI Syariah/ sumber: https://foto.wartaekonomi.co.id
Bank BRI Syariah/ sumber: https://foto.wartaekonomi.co.id
Selain itu, kinerja BRIS yang cemerlang juga "terbantu" oleh kebijakan Pemerintah Aceh. Seperti diketahui, sebelumnya Pemerintah Aceh telah menerbitkan peraturan daerah yang mewajibkan pelaku bisnis menggunakan jasa perbankan syariah.

Berkat peraturan tersebut, BRIS mendapat "durian runtuh", sebab nasabah yang sebelumnya menggunakan layanan Bank BRI akhirnya berpindah ke BRI Syariah.

Hal inilah yang kemudian membuat Dana Pihak Ketiga yang dimiliki BRIS bertumbuh cukup banyak dibanding periode sebelumnya, dan dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyalurkan lebih banyak pembiayaan kepada masyarakat.

Hal lain yang juga mendorong pertumbuhan bisnis ialah suksesnya digitalisasi layanan yang dilakukan BRIS. Dengan memanfaatkan aplikasi i-Kurma, nasabah BRIS sekarang bisa mengurus berbagai macam pembayaran, mulai dari mentransfer dana hingga membayar zakat.

Layanan tadi terasa begitu bermanfaat, terutama dalam masa pandemi, sebab nasabah yang sulit mengurus segala macam keperluan secara langsung di bank bisa menyelesaikannya lewat aplikasi tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, prospek BRIS sebetulnya tampak cerah. Meski begitu, saya tidak langsung memborong saham BRIS sekaligus, mengingat di laporan arus kasnya terdapat defisit sebesar 3 triliun rupiah. Defisit tadi bisa mengindikasikan bahwa perusahaan begitu ekspansif dalam menjalankan usaha, sampai-sampai dana operasionalnya minus.

Selain itu, kondisi IHSG juga masih "angin-anginan" setelah mengalami crash yang cukup dalam pada bulan Maret. Dalam situasi tersebut, cukup berisiko kalau saya berbelanja saham sekaligus. 

Makanya, untuk meminimalkan risiko, saya memutuskan membelinya secara bertahap, mulai dari harga 264, 288, 296, dan 308. Jika dirata-rata, maka harga pembelian yang didapat adalah 300.

Namun demikian, reli saham BRIS ternyata sempat terhenti di harga 300-an. Cukup lama harganya bolak-balik di harga 280-320. Sepertinya investor masih "bimbang" untuk memborong sahamnya. Alhasil, biarpun valuasinya masih begitu murah (PBV 0,5 kali), namun harganya cenderung jalan di tempat.

Momentum Kenaikan Harga

Situasi itu ternyata berlangsung beberapa minggu saja. Sebab, begitu muncul sebuah sentimen positif, maka terjadilah sebuah "momentum".

Sentimen yang dimaksud ialah rencana pemerintah untuk memerger beberapa bank syariah milik negara pada tahun 2021. Berita ini sontak "menyengat" saham BRIS. Harga saham BRIS yang tadinya "adem ayem" pun melesat dengan begitu cepat.

Pemerintah, melalui Kementerian BUMN, berencana memerger perbankan beberapa bank syariah milik negara/ sumber: https://medcom.id
Pemerintah, melalui Kementerian BUMN, berencana memerger perbankan beberapa bank syariah milik negara/ sumber: https://medcom.id
Walaupun berita tadi masih belum pasti terjadi, tetapi saya memutuskan membeli saham BRIS beberapa kali lagi. Alasannya? Harganya masih terbilang murah dan saya melihat kenaikan harganya begitu kuat.

Hal ini tentu saja merupakan sebuah "sinyal" yang bagus. Setelah dana yang tersedia habis terpakai, maka saya memperoleh cukup banyak saham BRIS dengan harga pembelian 381.

Selebihnya yang saya lakukan adalah "tidur". Saya mendiamkan saja sahamnya. Tidak ada pembelian berikutnya, dan ternyata harganya terus naik, apalagi setelah perusahaan merilis laporan keuangan semester 1, yang menunjukkan kinerja yang begitu bagus.

Saat tulisan ini dibuat, saham BRIS ditutup dengan harga 965. Dengan demikian, saham tersebut sudah memberi saya keuntungan lebih dari 150%!

Keuntungan yang belum direalisasikan dari berinvestasi di saham BRIS/ sumber: dokpri
Keuntungan yang belum direalisasikan dari berinvestasi di saham BRIS/ sumber: dokpri
Faktor Keberuntungan

Jika mencermati investasi yang saya lakukan di saham BRIS, maka saya sulit mengesampingkan faktor keberuntungan di dalamnya. Maklum, pada awal berinvestasi di saham ini, saya tidak pernah membayangkan bahwa harganya akan naik gila-gilaan. Saya memperkirakan bahwa paling tinggi harganya hanya akan "mentok" di level 530.

Perkiraan itu didasari oleh asumsi bahwa di harga 530 tadi nilai PBV-nya mencapai 1 kali. Dengan PBV sebesar itu, boleh dikatakan sebuah saham sudah dinilai dengan harga yang wajar.

Alhasil, kecuali terjadi "lompatan" laba yang luar biasa pada kuartal berikut, maka saya menduga bahwa harganya hanya akan "ngendon" di kisaran tersebut.

pergerakan saham BRIS/ sumber: https://www.tradingview.com
pergerakan saham BRIS/ sumber: https://www.tradingview.com
Oleh sebab itu, saat sahamnya sudah mencapai harga 530 beberapa minggu yang lalu, saya sudah mempertimbangkan melepas sahamnya. Namun demikian, pertimbangan itu akhirnya urung dilakukan, karena saya teringat sebuah anjuran dari Peter Lynch.

Dalam bukunya One Up On Wallstreet, Lynch menyarankan untuk mempertahankan saham selama "cerita"-nya masih bagus. Saya melihat, walaupun harga saham BRIS sudah naik cukup banyak, namun "cerita"-nya masih bagus. Tidak perubahan yang negatif pada fundamental perusahaannya.

Oleh sebab itu, seperti anjuran Lynch, saya pun memutuskan menggenggam sahamnya lebih lama. Berkat keputusan tadi, harapan saya untuk "mencicipi" saham "multibagger" akhirnya terwujud.

Sampai blog ini ditulis, saya tidak tahu berapa banyak potensi kenaikan harganya ke depan, mengingat masih ada dua kuartal lagi yang mesti diselesaikan. 

Andaikan "cerita"-nya masih bagus seperti dua kuartal sebelumnya, maka bukan mustahil kenaikan harganya akan melaju lebih kencang beberapa bulan berikutnya. Sebaliknya pun demikian. 

Oleh sebab itu, "cerita" tentang saham ini masih begitu menarik diikuti setidaknya untuk beberapa bulan berikutnya.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun