Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Belajar Mengenal "Tren Saham" dari Kemenangan Bayern Munchen

18 Agustus 2020   07:17 Diperbarui: 18 Agustus 2020   07:17 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Bayern Munchen / sumber: https://pikiran-rakyat.com

Kemenangan besar atas Barcelona dalam laga Perempat Final Liga Champion menegaskan bahwa Bayern Munchen sekarang mempunyai komposisi pemain yang solid di semua lini. Dalam pertandingan tersebut mayoritas pemain tampil begitu apik, baik dalam menjaga pertahanan maupun melancarkan serangan.

Alhasil, Barcelona yang dikenal begitu agresif dalam menyerang dibuat kesulitan, sehingga skuat yang dikomandoi oleh Quique Setien itu pun hanya mampu mencetak dua gol. Sebaliknya, Munchen yang bermain lebih bernas sanggup menggelontorkan delapan gol ke gawang Barcelona. 

Berkat kemenangan tersebut, Munchen berhak melenggang ke babak berikutnya, sementara Barcelona terpaksa menutup musim 2019/2020 dengan "rapor merah".

Kemenangan Munchen tadi sebetulnya melanjutkan tren positif dalam sejumlah laga sebelumnya. Di Liga Jerman, klub berjuluk "FC Hollywood" itu juga tampil superior dengan membukukan 26 kemenangan, 4 seri, dan 4 kekalahan. Dengan hasil tadi, jangan heran kalau Munchen kemudian menjadi Jawara Bundesliga.

Keperkasaan munchen ternyata tak hanya terlihat di liga domestik, tetapi juga di Liga Champion. Jika merunut sejarah, sejak babak kualifikasi, Munchen sanggup menunjukkan performa yang gemilang.

Tercatat Munchen sukses menaklukkan beberapa klub kuat, seperti Tottenham dan Chelsea. Makanya, dengan tren positif demikian, Munchen disebut-sebut sebagai kandidat terkuat untuk menjuarai Liga Champion.

Berbicara soal tren dalam sepakbola, pikiran saya tiba-tiba "terbang" pada sebuah konsep dalam investasi saham. Maklum, investasi saham juga mengenal tren sebagaimana halnya sepakbola. Jika dalam sepakbola tren ditunjukkan dengan pola kemenangan, maka dalam sepakbola tren diketahui lewat pergerakan harga saham.

Seperti diketahui, dalam investasi saham, ada tiga macam tren, yakni "uptrend" (naik), "downtrend" (turun), dan "sideway" (mendatar). Ketiga tren ini bisa memberi banyak informasi yang dibutuhkan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi.

Sebelum membeli sebuah saham, saya kerap mempertimbangkan tren harga sebuah saham terlebih dulu. Meskipun saya lebih fokus mencermati fundamental perusahaan dalam menganalisis sebuah saham, namun saya tidak bisa mengabaikan tren harga sahamnya begitu saja.

Bagaimanapun, tren itu terlalu kuat untuk dilawan, sehingga investor yang menentang tren harus siap menanggung risiko yang besar.

Seperti halnya seorang pengamat sepakbola, saya mencermati tren harga sebuah saham lewat grafik. Dalam grafik tadi tersedia beragam informasi, mulai dari fluktuasi harga, besaran volume, hingga sejumlah indiktor yang kerap dipakai untuk melakukan analisis teknikal. Biarpun hanya memahami beberapa di antaranya, namun saya menilai bahwa indikator-indikator tadi berguna untuk mengetahui 2 hal berikut.

1. Anomali Saham

Dalam sejumlah kasus, saya menjumpai beberapa saham yang agak "aneh". Disebut demikian, karena kondisi fundamentalnya "berseberangan" dengan harga sahamnya. Sebuah contoh yang memperlihatkan anomali ini adalah saham dari bank BUKU III yang sudah cukup lama saya awasi.

Dari sisi fundamentalnya, saya mengamati bahwa semuanya baik-baik saja. Labanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Manajemennya terlihat kompeten. Laporan dari auditor menyatakan wajar. Tidak ada kasus hukum yang membelit bank tadi dalam beberapa tahun terakhir. Singkatnya, semua tampak wajar.

Namun, anehnya, harga saham hanya jalan di tempat. Trennya tidak mengikuti fundamentalnya, tetapi malah sebaliknya, cenderung stagnan dalam beberapa tahun belakangan.

Tren tersebut akhirnya memberi tahu saya bahwa ada "sesuatu" yang tidak saya ketahui tentang perusahaan, sehingga harga sahamnya cenderung diabaikan investor lain. Alhasil, biarpun di laporan keuangannya, kinerjanya tampak gemilang, namun saya enggan berinvestasi di saham tadi, sebab risikonya terlalu besar.

Selain itu, tren juga bisa digunakan untuk mengetahui sinyal pembalikan arah. Saya biasanya memperhatikan tren saat akan membeli "saham pemulihan". Yang dimaksud "saham pemulihan" adalah saham yang beberapa tahun terakhir berkinerja sangat buruk (rugi terus), sehingga harganya jatuh begitu dalam. Namun, pada tahun-tahun tertentu, kinerja membaik, dan harganya pun mulai bangkit.

Jika menemukan saham demikian, biasanya saya akan memeriksa pergerakan harganya. Saya ingin tahu apakah investor lain mempunyai persepsi yang sama bahwa fundamentalnya pulih, dan harga sahamnya layak diapresiasi. Kalau memang demikian, maka saya bakal membelinya.

Hal yang sama juga berlaku apabila ada saham yang harganya terus naik, tetapi fundamentalnya memburuk. Boleh jadi, itu menandakan bahwa harganya sudah "digoreng", dan akan terjadi penurunan harga yang tajam. Alhasil, kalau ada tanda-tanda tersebut, sebaiknya jauhi saham demikian.

2. Waktu untuk Membeli dan Menjual Saham

Bagi investor yang mengandalkan analisis teknikal, tren harga sebuah saham bisa menjadi barometer dalam membeli dan menjual saham. Jika sejumlah indikator menunjukkan bahwa sebuah saham akan "terbang" harganya, maka investor biasanya akan pasang harga tanpa perlu memperhatikan fundamentalnya. Demikian pula sebaliknya.

Praktik seperti ini memang terkesan seperti "judi", mengingat hanya tren harga saja yang diperhatikan, sementara fundamental perusahaan yang notabenenya merupakan penyebab utama dalam pergerakan harga saham justru diabaikan.

Namun demikian, saya pribadi memandang bahwa analisis teknikal tetap bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan hasil investasi. Analisis tadi dapat menjadi pelengkap dari analisis fundamental, terutama saat menentukan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham.

Makanya, walaupun saya cenderung mengutamakan analisis fundamental dalam memilih saham, namun sewaktu bertransaksi saham, saya cukup sering mengamati sejumlah sinyal yang ditunjukkan oleh analisis teknikal. Dengan menggunakan pendekatan tadi, saya bisa memperoleh posisi beli yang pas dan melepas saham pada level yang terbaik.

***    

Dalam sepakbola, tren penampilan sebuah klub bisa berpengaruh terhadap hasil akhir pertandingan. Oleh sebab itu, bukan sesuatu yang aneh apabila Munchen sanggup melibas Barcelona dengan skor telak, mengingat tren yang diperlihatkan Munchen dari sejumlah pertandingan sebelumnya jauh lebih baik daripada tren Barcelona.

Hal serupa juga bisa dijumpai dalam investasi saham karena di pasar modal pun, ada sejumlah tren yang menarik dicermati. Tren tadi tak hanya berisi informasi tentang cerminan fundamental suatu perusahaan, tetapi juga menawarkan kesempatan untuk memaksimalkan hasil investasi.

Dengan analisis yang cemat, tren yang sedang berlangsung bisa menjadi "teman investor". Alhasil, kalau investor bisa memanfaatkan tren, maka risiko investasi mampu ditekan seminim mungkin; dan sebaliknya keuntungan investasi dapat diperoleh semaksimal mungkin.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun