Artikel ini sebetulnya "berangkat" dari pengalaman teman saya yang masih takut berinvestasi saham meskipun beberapa minggu sebelumnya ia sudah membuka akun di sebuah sekuritas.Â
Alasannya sebetulnya cukup umum, yakni takut rugi. Ketakutan tersebut memang jamak terjadi, terutama bagi investor yang baru menjajal investasi saham.
Saya pun demikian dulu. Pada awal-awal berinvestasi saham, saya juga sempat risau dengan pilihan saham yang saya koleksi. Terpikir oleh saya, jangan-jangan saya keliru dalam memilih saham, sehingga alih-alih naik, nanti harganya malah turun. Kalau hal itu sampai terjadi, maka bisa minus uang yang saya tanamkan!
Meski begitu, seiring bertambahnya pengalaman, saya jadi terbiasa dengan fluktuasi harga saham. Jika dulu ketika harga saham yang saya beli minus 8%, jemari saya sudah "gatal" ingin memencet tombol "sell" di aplikasi sekuritas, maka sekarang selebar apapun minusnya, saya tetap kalem.
Hal ini bisa terjadi karena saya sudah mengerjakan "pekerjaan rumah" saya sebaik mungkin. Saya sudah membaca laporan keuangan. Saya sudah mencari semua informasi terkait perusahaan yang sahamnya akan saya beli.
Saya sudah memeriksa kualitas manajemennya. Saya sudah mengukur valuasi harganya. Singkatnya, saya sudah melakukan riset yang cukup mendalam, sehingga timbul keyakinan yang kuat dalam diri saya bahwa saham ini sangat layak dibeli.
Oleh sebab itu, meskipun setelah dibeli harganya ternyata malah turun, namun saya menganggap bahwa penurunan tadi bersifat sementara. Dalam jangka panjang, katakanlah dalam hitungan minggu atau bulan, harganya bakal naik seiring membaiknya fundamental perusahaan.
Alhasil, jika sudah melakukan riset sebelumnya, maka apapun kondisi pasar yang terjadi, kita tetap bisa tidur dengan tenang, tanpa khawatir memikirkan "nasib" saham yang kita pegang.
Beda ceritanya kalau kita beli saham hanya karena dapat rekomendasi dari orang lain, atau asal tebak saja. Maka, ketika pasar sedang bergolak, kita akan terus memikirkan kerugian yang bakal ditanggung atau salah mengambil keputusan yang ujung-ujungnya hanya bakal menyusahkan diri sendiri.
1. Berinvestasilah untuk Jangka Panjang