Meski begitu, pada awalnya, rasa ragu sempat menggayuti hati saya. Saya khawatir toko itu kurang begitu kredibel, sehingga saya bisa mengalami penipuan atau semacamnya.
Namun, karena ingin sekadar mencoba, maka saya kemudian tetap bertransaksi dengan toko tersebut. Di luar dugaan, respon adminnya cepat, pengirimannya tepat waktu, dan produknya berkualitas. Tidak ada masalah yang saya alami sewaktu berbelanja di toko itu.
Saya puas dengan pelayanannya dan percaya pada pemiliknya. Alhasil, kalau ada sepatu baru yang ingin saya beli, toko itulah yang bakal lebih dulu saya kunjungi.
Sampai sekarang toko itu masih buka, dan saya melihat followers-nya semakin banyak dari sebelumnya. Ini artinya bisnisnya bisa dipercaya dan bertumbuh dengan baik. Jadi, jangan heran, biarpun penjual dan pembeli belum pernah bertemu secara langsung, namun bisnisnya tetap bertahan.
Andaikan PS Store dan Jouska mengutamakan kepercayaan seperti itu di samping strategi marketing yang menarik, maka mungkin saja bisnis keduanya bakal minim masalah.
Oleh sebab itu, tentu tidak akan muncul kasus PS Store diduga memperdagangkan ponsel ilegal yang disebut-sebut merugikan negara dari sisi penerimaan pajak. Juga tidak akan tersiar berita Jouska menyimpang dari bisnis financial advisor karena ikut mengatur portofolio kliennya, yang ternyata berujung kerugian puluhan juta rupiah.
Salam.
Referensi: kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H