Oleh sebab itu, kondisi keuangan Pinehill sebetulnya cukup sehat, dan prospek bisnisnya pun lumayan cerah, mengingat grup ini memproduksi Indomie untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika, seperti Arab Saudi, Maroko, Nigeria, dan Mesir. Dus, kalau sukses mengakuisisi Pinehill, maka, Indofood tak hanya akan "merajai" pasar mie instan di Indonesia, tetapi juga di dunia!
Dengan semua potensi keuntungan tadi, maka, jangan heran kalau Indofood harus menggelontorkan dana sebesar 2,9 miliar USD (4,4 triliun Rupiah) untuk mengakuisisi Grup Pinehill. Dana tadi sejatinya berasal dari kas Indofood sebesar 300 juta USD, dan sisanya dari pinjaman bank.
Walaupun dalam jangka panjang bisa membikin kinerja Indofood tambah ciamik, namun, anehnya, investor berpandangan berbeda. Alih-alih membeli, investor malah beramai-ramai menjual saham Indofood karena akuisisi tadi dikhawatirkan membuat utang yang ditanggung Indofood bertambah banyak, sehingga bisa membebani kinerjanya dalam jangka pendek.
Selain itu, valuasi Grup Pinehill juga terbilang premium. Hal ini bisa dilihat dari Price Earning Ratio-nya yang sebesar 23 kali. Untuk sektor makanan dan minuman, sebetulnya valuasi ini terbilang wajar. Artinya nilai transaksinya sebanding dengan kualitas fundamentalnya.Â
Lagipula, Grup Pinehill juga memberi "jaminan" perolehan laba sebesar 128 juta USD kepada Indofood jika akuisisi ini terjadi. Dengan adanya jaminan tadi, maka, setidaknya valuasi yang dianggap "premium" tadi bisa diimbangi dengan laba yang bakal diterima Indofood.
Meski begitu, tetap saja, investor memandang bahwa akuisisi itu terlalu berisiko, sehingga saham Indofood pun "longsor" ditekan kekhawatiran atas beban utang yang bakal ditanggung perusahaan.
Alasannya? Biarpun pada tahun-tahun awal, Indofood mungkin akan lebih "sibuk" melunasi utang-utangnya, tetapi, dalam jangka panjang, pendapatan yang bisa dipetik perusahaan bisa bertumbuh pesat.
Hal ini bisa terjadi karena masih ada ruang pertumbuhan penjualan di Wilayah Timur Tengah dan Afrika. Jika sukses menguasai wilayah tadi, maka, bukan mustahil, penjualan yang bisa didapat Indofood bakal tumbuh 2 kali lipat.
Alasan lainnya ialah valuasi sahamnya yang masih terbilang "murah". Saat tulisan ini dibuat, saham Indofood (ICBP) dihargai Rp 8950/lembar. PBV-nya berada pada angka 3,82 x. Jika melihat "sejarah" harganya dalam 3 tahun terakhir, maka, PBV wajarnya ialah 5 x.
Dengan demikian, kalau dihitung dengan rumus persamaan, maka, seharusnya harga wajar saham Indofood adalah 11,500 per lembar. Ini artinya ada potensi keuntungan sebesar 30% kalau kita membeli saham Indofood di harga 8950. Oleh sebab itu, bukankah nilai tadi lumayan menarik untuk diabaikan begitu saja?