Harus diakui, menabung adalah keterampilan dasariah yang perlu dilatih. Menabung bisa diartikan "membayar diri sendiri terlebih dulu". Oleh sebab itu, sewaktu kita menerima uang, hal paling awal yang mesti dilakukan ialah "menjatah" sekian rupiah untuk ditabung, baru kemudian membelanjakan sisanya untuk keperluan lain.
Hal ini tentu jangan sampai dibalik, sebab, kalau kita berpikir, "Saya akan membayar tagihan ini-itu lebih dulu, lalu jika ada sisa, saya akan tabung," maka, biasanya tidak akan ada sisa untuk disimpan, karena semua uang tadi sudah telanjur habis dibelanjakan hal-hal lain.
Makanya, mengajarkan anak untuk menabung angpao lebaran merupakan wujud pendidikan finansial yang mesti diajarkan orangtua. Selain menumbuhkan sikap hemat, pendidikan ini juga berpotensi membentuk kemandirian finansial si anak kelak.
3. Melatih Berinvestasi
Mungkin memakai angpao lebaran untuk kegiatan investasi bukanlah hal yang lazim di masyarakat, tetapi hal itu bukan berarti mustahil dilakukan. Saya ingat cerita Hermanto Tanoko, yang sedari kecil menggunakan angpao yang diterimanya untuk investasi.
Jadi, ceritanya, Herman diajarkan oleh orangtuanya agar memakai angpaonya untuk dibelanjakan barang dagangan. Sebab, jika dagangan tadi laku terjual, maka, ia tak hanya akan mendapatkan angpaonya kembali, tetapi juga keuntungan tambahan. Alhasil, dengan cara ini, nilai angpao yang diterimanya akan mengembang.
Hal inilah yang kemudian membentuk pola pikir Herman agar menggunakan uang yang diterimanya untuk modal bisnis, sebab ia tahu, hal itu jauh lebih produktif daripada hanya sekadar dikonsumsi atau disimpan begitu saja.
4. Menyumbangkan Sebagian Pendapatan untuk Amal
Menyisih sebagian uang untuk didermakan adalah sebuah perbuatan yang baik. Hal ini tak hanya bisa membantu kehidupan orang lain, tetapi juga menciptakan berkah bagi diri sendiri.
Sebab, saya selalu percaya, memberi tidak akan membuat seseorang kekurangan, tetapi justru sebaliknya, memberi mampu menghadirkan lebih banyak kebahagiaan dalam kehidupan yang bersangkutan.
Makanya, membimbing anak untuk belajar memberi sejak masih kecil merupakan sebuah upaya yang mesti dilakukan secara berkesinambungan. Memberi tidak cukup dilakukan satu-dua kali, tetapi sebaiknya dirutinkan, hingga tumbuh menjadi sebuah kebiasaan positif. Alhasil, andaikan setiap orang terbiasa memberi, maka, dunia ini akan berkembang menjadi tempat yang lebih baik.