"Kalau perhitungan bunga deposito bagaimana? Misalnya bunga 5,75%, dananya 500 ribu, jangka waktunya deposit 1 bulan aja, gimana tuh ngitungnya?"Â
Demikian isi chat seorang teman yang saya terima beberapa waktu lalu.
Ia bercerita ingin menempatkan sebagian uangnya untuk deposito jangka pendek, karena deposito dinilai mempunyai tingkat bunga yang lebih tinggi daripada tabungan biasa.
Namun, karena belum punya pengalaman berinvestasi di deposito, ia masih ragu dengan prosedur dan perhitungan bunga yang bakal diterimanya tiap bulan.
Saya pun menjelaskan bahwa perhitungan bunga deposito itu sifatnya tahunan, bukannya bulanan.
Jadi, kalau ia mendepositokan uangnya sebesar Rp 500 ribu dengan bunga 5,75%, dalam setahun ia akan memperoleh imbal hasil sebesar Rp 28.750 (500.000 x 5,75%).
Nominal ini masih terbilang "kotor" karena belum dipotong biaya administrasi dan pajak sebesar 20% (kalau ia menyetorkan dana di atas 7,5 juta rupiah).
Makanya, dengan potongan ini-itu, sebetulnya imbal hasil yang bisa diperolehnya cuma "unggul tipis" daripada tabungan biasa.
Meski begitu, teman saya tidak terlalu mempersoalkan besaran bunga yang akan diperolehnya karena tujuannya berinvestasi di deposito adalah untuk keperluan jangka pendek.
Makanya, ia sengaja memilih bank yang menawarkan program deposito dalam tempo bulanan, karena kalau sewaktu-waktu butuh dana, ia bisa mencairkan depositonya dengan cepat.
Saya pun pernah mengikuti program ini beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu, saya mengalokasikan sebagian tabungan saya untuk didepositokan selama beberapa bulan.
Hasilnya ternyata lumayan, karena dari bunga yang diterima, saya bisa memperoleh uang extra untuk membeli pulsa, nongkrong di cafe, atau sekadar belanja keperluan lain.
Namun, sekarang saya tidak menyimpan uang saya di deposito, bukan karena tidak aman, melainkan karena saya menemukan instrumen investasi lain yang menawarkan imbal hasil yang lebih menarik.
Meski begitu, bagi Anda yang tertarik mencoba deposito di bank, saya mempunyai beberapa tips yang mungkin bermanfaat.
1. Tentukan Tujuan Berinvestasi di Deposito
Seperti halnya berinvestasi di instrumen lain, kita mesti mempunyai tujuan yang jelas terlebih dahulu, karena hal ini akan berpengaruh pada lamanya jangka waktu deposito yang akan dipilih, mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, hingga 12 bulan.
Makanya, kalau kita ingin menggunakan uang deposito tadi untuk keperluan jangka pendek, sebaiknya kita mengambil tempo 1 atau 3 bulan saja.
Hal ini penting dicermati karena deposito sifatnya tidak likuid, dalam artian tidak bisa ditarik sesuka hati lantaran ada kontrak yang mengikat kita dan bank terkait waktu pencairan deposito.
Oleh sebab itu, durasi investasinya mesti disesuaikan dengan keperluan yang akan dilakukan.
2. Pastikan Legalitas Bank yang Dituju
Ini penting diperhatikan karena menyangkut keamanan uang kita. Oleh sebab itu, pastikan bahwa bank tersebut terdaftar di Lembaga Penjamin Simpanan dan Otoritas Jasa Keuangan.
Makanya, sebelum mengambil keputusan, alangkah baiknya kalau kita mengecek apakah bank kita sudah terdaftar atau belum di kedua lembaga tadi.
3. Cermati Besaran Bunga Deposito yang Ditawarkan
Dalam berinvestasi di deposito, kita tentu akan memilih bank yang menawarkan bunga yang paling tinggi.
Ini pilihan yang wajar sebab kalau ada bank yang mampu memberikan bunga yang besar, mengapa kita memilih yang kecil?
Jangan sampai kita memilih program deposito yang menawarkan bunga yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari Suku Bunga Acuan, karena hal itu tidaklah wajar.
Oleh sebab itu, jika Suku Bunga Acuan yang dipatok oleh Bank Indonesia sekarang adalah 4,5%, maka bunga deposito yang wajar ialah 4-6%.
4. Cari Tahu Kesehatan dan Reputasi Bank
Mencari tahu "kesehatan" sebuah bank sebetulnya susah-susah gampang.
Susah kalau bank tadi belum menjadi perusahaan publik, sehingga kita tidak bisa mengetahui laporan keuangannya secara pasti.
Sebaliknya, gampang jika bank tersebut sudah terdaftar di lantai bursa, sehingga kita bisa mengakses laporan keuangannya dengan mudah.
Dengan demikian, kita bisa mendapat gambaran tentang fundamental bank tersebut, sehingga kita bisa lebih memastikan keamanan deposito yang kita miliki.
Walaupun perlu upaya ekstra karena kita mesti melakukan sedikit analisis, namun, ini cukup penting dilakukan mengingat tidak semua bank memiliki fundamental yang bagus.
Contohnya, saya pernah tertarik membuka rekening di sebuah bank yang menawarkan bunga tabungan 1% per bulan.
Bunga ini terbilang "besar" karena pada umumnya bank-bank lain hanya mampu memberi bunga nol koma sekian per bulan.
Saya pun iseng-iseng membuka laporan keuangannya, dan baru tahu bahwa bank tadi ternyata punya fundamental yang lemah.
Hal itu bisa dilihat dari Rasio Kredit Macet (NPL)-nya, yang menyentuh angka 4%.
Jelas ini bukan bank yang "sehat", karena dengan rasio sebesar itu, berarti ada banyak dana nasabahnya yang "nyangkut" di kredit yang bermasalah.
Makanya, menyimpan atau mendepositokan uang di bank ini cukup "riskan".
Sementara itu, kalau bingung membaca laporan keuangan bank, masih ada cara yang bisa dicoba untuk mengetahui kualitas sebuah bank, yakni menelusuri reputasi bank yang bersangkutan.
Pilihlah bank yang mempunyai reputasi yang baik.
Walaupun bukan jaminan yang mutlak, namun, reputasi yang bagus menunjukkan bahwa bank tersebut dikelola oleh orang-orang yang berintegritas dan berkapasitas.
Profil Risiko Konservatif
Deposito sejatinya merupakan instrumen investasi yang paling aman.
Instrumen ini cocok bagi masyarakat dengan profil risiko konservatif, yang senang dengan stabilitas karena setiap bulan menghasilkan bunga yang nilainya setingkat lebih tinggi daripada tabungan biasa.
Apalagi deposito senilai maksimal Rp 2 miliar juga dijamin sepenuhnya oleh Lembaga Penjamin Simpanan.
Meski begitu, kita juga mesti teliti memilih bank sebelum mendepositokan dana kita.
Setiap bank tentu mempunyai penawaran yang berbeda. Kita tentu perlu menyeleksi tawaran tadi dengan cermat, sekaligus melacak track record dari bank yang bersangkutan, supaya kegiatan investasi yang kita lakukan bisa berlangsung lancar.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H