Maklum, virus yang awalnya mewabah di Wuhan, Tiongkok ini mampu menyebar dengan cepat dalam hitungan hari, serta menimbulkan banyak korban jiwa di seluruh dunia.
Maka, jangan heran, televisi, media online, atau bahkan radio beramai-ramai mengangkat satu topik berita yang sama, yaitu wabah Virus Corona.
Memang pemberitaan tadi bertujuan menyiarkan kondisi yang sedang terjadi, sekaligus memberi peringatan kepada masyarakat agar tetap waspada terhadap penularan Virus Corona.
Namun, sayangnya, pemberitaan yang gencar "digaungkan" tersebut ternyata membuka celah bagi penyebaran berita hoax di sejumlah grup-grup chating.
Di pasar keuangan, khususnya bursa saham, misalnya, berita hoax demikian cukup sering "berseliweran" di forum-forum investor, apalagi sejak pasar begitu bergejolak akibat isu wabah Virus Corona.
Berita seperti itulah yang bisa "memperkeruh" suasana, sehingga investor sulit berpikir dengan jernih dalam mengambil keputusan investasi.
Alhasil, jangan heran kalau kemudian terjadi "panic selling" besar-besaran pada bulan Maret kemarin!
Tentu peristiwa tadi bisa dihindari kalau investor mampu bersikap tenang dan menganalisis semua berita yang diterima.
Jangan sampai, karena mendapat kabar buruk yang belum jelas kebenarannya, investor langsung menjual asetnya. Hal ini tak hanya bisa merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain yang ikut "tertular" kepanikan yang sama.
Penyebaran berita hoax tersebut juga bisa mengganggu SSK. Jika terus dibiarkan, hal ini bisa1 membikin pasar keuangan semakin "tenggelam" dalam kepanikan, dan sulit bangkit dalam waktu yang cepat.
Oleh sebab itu, demi menjaga SSK, adalah bijak kalau investor menyeleksi semua informasi yang diterima secara cermat, mengambil keputusan berdasarkan data-data yang ada, dan menyetop penyebaran berita yang belum jelas kebenaran isinya.