Belum lagi, pemerintah juga mesti memikirkan strategi alternatif agar keputusan ini tidak menyebabkan dampak yang sistemik. Maklum, pendidikan ialah sebuah bidang yang krusial bagi hajat hidup orang banyak. Kalau sampai terganggu, efeknya bisa merembet ke mana-mana, termasuk ke wilayah ekonomi.
Apalagi sekarang perekonomian sedang kacau. Perusahaan yang skalanya besar atau kecil sedang dibuat ketar-ketir oleh "teror" virus corona. Pasalnya, sejak virus ini merebak, omzet yang diperoleh menurun tajam.
Saudara saya yang bekerja di sebuah perusahaan transportasi misalnya menceritakan bahwa pendapatan yang diterima oleh perusahaannya turun hingga 20-30% lantaran orang-orang ogah bepergian ke luar daerah.Â
Penurunan tadi dinilai cukup signifikan, jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Jika situasi ini terus berlanjut, saudara saya cemas perusahaan tersebut akan susah bertahan, memotong THR, atau bahkan terpaksa "merumahkan" sejumlah karyawan.
Hal itu jelas merupakan "skenario" yang buruk, apalagi kalau sampai kehilangan pekerjaan, seseorang akan butuh waktu yang lama untuk mendapatkan pekerjaan yang baru, mengingat pada saat ini, belum tentu ada banyak perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan.
Situasi ini bisa diperparah dengan ada banyak lulusan sekolah yang terancam menganggur karena sulit mendapatkan pekerjaan. Membanjirnya pencari kerja yang tidak diimbangi dengan lowongan pekerjaan yang tersedia tentu bisa meningkatkan jumlah masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
Oleh sebab itu, kita tentu mendoakan supaya pemerintah bisa menemukan strategi jitu untuk meredam persoalan yang akan muncul akibat peniadaan UN tersebut.Â
Semoga masalah yang timbul akibat wabah virus corona ini segera berlalu dan suasana kembali jadi lebih kondusif.
Salam.